![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/12/1112141418276579435088434-361x510.jpg)
Tahta Astina dalam ketidakpastian. Pandu Dewanata sebagai raja, yang sangat diharapkan untuk menjadi sarana lestarinya wangsa Barata, ternyata tidak mungkin memiliki putera. Karena keteledorannya, Pandu telah dikutuk oleh Resi Kimindama, bahwa sang Raja akan menemui ajalnya jika berhubungan dengan istrinya.
Di tengah kegundahan soal penerus Astina, Dewi Kunti dengan menggunakan ajian pemberian Resi Druwasa yang dapat mendatangkan para dewa, melakukan upaya sebagaimana dahulu pernah dilakukannya untuk mendapatkan putera dari para dewa. Ajian itu oleh Kunti juga diajarkan kepada istri Pandu yang lain, yaitu Madrim.
Ini adalah penggalan wayang kulit Pandhawa Lair yang akan digelar, Jumat, 12 Desember 2014 mulai pukul 20.00-04.00 di Balairung UGM. Menurut Ketua Dies Natalis ke-65 UGM, Prof. Dr. Harno Dwi Pranowo, pagelaran wayang kulit semalam suntuk ini akan menampilkan dalang Ki Warseno Slenk.
“Wayang untuk memeriahkan Dies UGM dan terbuka untuk masyarakat,” papar Harno, Kamis (11/12) di UGM.
Dalam cerita “Pandhawa Lair”, kelahiran kelima putera Pandu adalah penanda mulainya jaman baru, jaman yang penuh harapan namun juga penuh tantangan. Dendam Sengkuni yang pernah ditolak Kunti, merupakan awal dari konflik berkepanjangan dalam Astinapura.
Nah, bagaimanakah Ki Warseno Slenk menggelar kisah yang penuh dengan rekayasa politik dan intrink perebutan tahta dalam “Pandhawa Lair”? Apakah perang besar wangsa Barata sungguh disebabkan oleh dendam karena penolakan cinta? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan digelar oleh Ki Warseno Slenk, dalang kondang yang sudah malang melintang di dunia pakeliran sejak tahun 1980an. (Humas UGM/Satria)