Permasalahan perilaku profesional (PP) dalam pendidikan dokter semakin bertambah. Dampak kemajuan teknologi yang berkembang pesat juga memiliki problem etika, di antaranya cheating dan plagiarism. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan pembelajaran PP dalam pendidikan dokter.
“Ketidakjujuran akademik menjadi masalah besar dan persisten (terus-menerus) dalam pendidikan sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang memengaruhinya,” papar dr. Wiwik Kusumawati, M.Kes. pada ujian terbuka program doktor Fakultas Kedokteran UGM, Senin (17/11) di Fakultas Kedokteran UGM.
Pada kesempatan tersebut Wiwik mempertahankan disertasinya berjudul “Atribut dan Disain Pembelajaran Perilaku Profesional (PP) Dalam Pendidikan Dokter di Indonesia”.
Ia menambahkan integritas akademik merupakan jantungnya misi pendidikan, sehingga pelanggaran atau ketidakjujuran akademik merupakan masalah serius pendidikan yang perlu diatasi. Komitmen terhadap integritas akademik mempunyai peran penting dalam pendidikan dokter karena cheating dapat berpengaruh terhadap pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan membuat mereka akan lebih mudah melanggar kejujuran, menyalahgunakan kepercayaan dalam menjalankan tugas profesinya.
“Profesionalisme kedokteran merupakan dasar untuk kontrak sosial antara profesi dokter dengan masyarakat, sehingga profesionalisme termasuk perilaku profesional (PP) sangat penting untuk dimasukkan dalam kurikulum kedokteran tahap sarjana,” urai dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan (FKIK) UMY itu.
Profesionalisme dan PP berkaitan erat dengan area pertama standar kompetensi dokter yang baru, yaitu profesionalitas yang luhur. Untuk mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yaitu berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia serta area pertama standar kompetensi dokter tersebut, pembelajaran PP untuk membangun karakter anak didik atau mahasiswa menjadi tuntutan sekaligus kebutuhan dalam pendidikan dokter.
Penelitian yang dilakukan Wiwik tersebut teridentifikasi 34 atribut perilaku profesional dalam pendidikan dokter di Indonesia. Atribut religiositas dan spiritualitas merupakan atribut khas untuk konteks Indonesia. Wiwik menambahkan disain pembelajaran perilaku profesional dengan paparan perilaku yang dilakukannya menggunakan media film diikuti dengan self reflection dan panel ahli.
“Karena atribut religiositas dan spiritualitas merupakan atribut penting dan khas untuk konteks Indonesia, maka atribut ini perlu diterapkan dalam pendidikan dokter di Indonesia,” pungkas Wiwik. (Humas UGM/Satria)