Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM, Prof. Yahya Muhaimin, berpulang pada hari Rabu (9/2) di Purwokerto, di usia 78 tahun.
Selain dikenal sebagai dosen di Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Yahya juga pernah memegang sejumlah jabatan penting, salah satunya sebagai Menteri Pendidikan Nasional pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
“Atas nama Keluarga Besar Universitas Gadjah Mada kami menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada keluarga. Semoga almarhum memperoleh tempat yang paling mulia di sisi Tuhan YME dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan,” ucap kata Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng.
Rektor mengungkapkan, Yahya dikenal sebagai sosok yang memiliki komitmen besar bagi Universitas Gadjah Mada dan bangsa Indonesia. Dalam kariernya di UGM, ia pernah mengepalai program S2 serta menjadi dekan di FISIPOL.
Selain itu, Dekan FISIPOL, Dr. Wawan Mas’udi, SI.P., MPA., menyebutkan bahwa Yahya Muhaimin merupakan salah satu akademisi yang paling kuat dan berpengaruh pada masanya. Karya beliau terkait politik militer masih menjadi salah satu karya rujukan yang penting dalam ilmu politik di Indonesia.
“Kami kehilangan sosok dosen senior yang pemikirannya sangat penting,” ucapnya.
Salah satu karya tulisnya yang paling dikenal adalah buku berjudul “Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966”. Tulisan ini merupakan skripsi yang ia tulis di tahun 1970, yang dinobatkan sebagai skripsi terbaik UGM dan dibukukan oleh penerbit Gamapress.
Sebagai dosen senior, ia dikenal sebagai sosok yang banyak memberi dukungan bagi pengembangan institusi serta bagi para dosen muda, menjadikan kampus sebagai tempat untuk mengembangkan kebebasan akademik.
“Kiprah beliau bukan hanya sebagai akademisi, tetapi juga sosok pemimpin kelembagaan yang luar biasa. Peran beliau yang pernah menjadi Menteri Pendidikan menunjukkan betapa penting sosok beliau bagi kita,” imbuhnya.
Meski telah pensiun sebagai dosen, Yahya masih mengajar di FISIPOL UGM hingga tahun 2019 silam, sebelum akhirnya memutuskan untuk lebih banyak menghabiskan waktu di Bumiayu di mana ia juga turut terlibat merintis perguruan tinggi di daerah tersebut.
“Meski tidak menjadi dosen secara penuh, beliau kita minta untuk tetap berbagi ilmu dengan rekan-rekan mahasiswa,” kata Wawan.
Penulis: Gloria