![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/2410141414134255277166594-765x510.jpg)
Peningkatan kualitas mahasiswa menjadi perhatian khusus pengelola Sekolah Vokasi UGM. Bahkan pimpinan dan pengelola Sekolah Vokasi UGM terus berupaya meningkatkan jumlah peminat/pendaftar calon mahasiswa untuk mengikuti pendidikan di SV UGM.
Karena itu, SV UGM sebagai unit yang relatif masih baru memandang aspek sosialisasi dan promosi menjadi bagian penting untuk peningkatan jumlah pendaftar. Dengan program promosi yang gencar dan terencana dengan melibatkan mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan, serta mitra-mitra terkait diharapkan terjadi peningkatan jumlah pendaftar yang luar biasa di tahun-tahun mendatang.
“Jika di tahun 2012 total jumlah pendaftar sebanyak 6.800, di tahun 2013 meningkat menjadi 11.600 atau naik hampir 90 persen maka di tahun 2014 terjadi peningkatan lebih tinggi lagi menjadi 17.000 pendaftar. Kita berharap di tahun 2015 bisa menembus angka 20.000 pendaftar,” ujar Direktur Sekolah Vokasi UGM, Ir. Hotma Prawoto Sulistyadi, M.T., IP-MD, di Auditorium Perpustakaan Unit Sekip, Bulaksumur, Senin (27/10).
Menurut Hotma, bila di tahun 2015 target 20.000 tercapai maka Sekolah Vokasi UGM berhasil menaikkan jumlah pendaftar 300 persen dalam waktu tiga tahun. Peningkatan jumlah pendaftar ini, menurutnya, menjadi bagian dari langkah-langkah pimpinan SV UGM bersama pengelola lainnya dalam rangka menjaring calon mahasiswa yang berkualitas.
“Tingginya jumlah peminat SV-UGM merupakan cermin tingginya kepercayaan masyarakat kepada SV UGM di dalam penciptaan SDM yang unggul dan bermartabat untuk memenangkan masa depan,” tuturnya saat menyampaikan pidato laporan dalam rangka Peringatan Dies Natalis ke-5 Sekolah Vokasi UGM.
Memasuki dies ke-5 Sekolah Vokasi UGM, kata Hotma, SV UGM terus berupaya menyiapkan lulusan untuk memenangkan pasar global. Upaya-upaya tersebut di antaranya dilaksanakan dengan melakukan perombakan komprehensif terhadap kurikulum.
Hal itu dilakukan mengingat belum sepenuhnya para Pengelola Program Studi menyadari hakikat pendidikan vokasi. Bahwa pendidikan vokasi bukanlah penggalan dari pendidikan akademik, namun pendidikan keahlian utuh, komprehensif, dan terstruktur.
“Di sebagian besar Program Studi kurikulumnya belum mencitrakan pendidikan keahlian yang komprehensif untuk menciptakan lulusan yang benar-benar memiliki keahlian yang kompeten. Bahkan beberapa program studi masih berharap agar lulusannya dapat melanjutkan studinya di program sarjana,” katanya.
Sementara itu Dr. Gatot Hari Priowirjanto dari SEAMEO SEAMOLEC saat mengisi orasi ilmiah di Puncak Dies ke-5 Sekolah Vokasi UGM mengatakan pendidikan vokasi di Indonesia, Asia Tenggara maupun di belahan dunia manapun selalu berurusan dengan presisi dan waktu. Bahwa semua program studi yang ada di SMK/ Politeknik/ Akademi Komunitas/ Universitas/ Training Center dan lain-lain selalu bermuara pada proses pendidikan/ training yang berstandar tinggi untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dan berjangka panjang dalam pemanfaatannya.
Para lulusan vokasi diharapkan tekun pada satu titik atau pekerjaan sampai waktu dan jenjang tertentu. Para lulusan diharapkan tidak menjadi kutu loncat, karena ketekunan akan menyebabkan para pekerja melakukan efektivitas dalam mensinergikan banyak komponen.
“Karena itu berpikir dan bertindaklah dengan pola teknopreneur dalam setiap saat atau jenjang, serta bisa melihat peluang untuk maju atau meningkatkan suatu proses,” katanya. (Humas UGM/ Agung)