YOGYAKARTA – Sekolah Vokasi (SV) UGM berencana menggelar kongres pendidikan tinggi sekolah vokasi Indonesia pada Selasa, 28 Oktober, di hall perpustakaan Sekolah Vokasi UGM. Rencananya kongres kali ini mengundang 55 perguruan tinggi yang mengelola pendidikan sekolah vokasi. Salah satu topik utama yang dibahas dalam kongres ini adalah menyiapkan naskah akademik nomenklatur pengakuan pendidikan sekolah vokasi. “Selama ini belum ada nomenklatur sekolah vokasi dalam peraturan yang dibuat oleh Dikti,” kata Direktur Sekolah Vokasi UGM, Ir. Hotma Prawoto Sulistyadi, M.T., IP-Md., kepada wartawan, Kamis (23/10).
Menurut Hotma, meski penyelenggaraan sekolah vokasi umumnya berada di bawah naungan universitas masing-masing namun Kemdikbud belum menjadikan pendidikan sekolah vokasi sebagai pendidikan yang setara dengan pendidikan politeknik terutama untuk mendapatkan dana hibah dari pemerintah. Bahkan penyelenggaraan pendidikan sekolah vokasi tidak didukung adanya aturan-aturan yang mengikuti aspek pembinaan serta nomenklatur pendidikan vokasi dengan pendidikan sejenis. “Kita bersama-sama dengan 55 universiotas ini akan memperjuangkan nomenklatur ini lewat peraturan pemerintah yang sifatnya lebih teknis,” katanya.
Ada dan tidaknya nomenklatur tersebut, kata Hotma, mamng tidak berpengaruh dampaknya pada kalangan industri dalam menerima lulusan sekolah vokasi. Namun adanya pengakuan kesetaraan pendidikan berserta dengan program pembinaan dan penguatan fasilitas pendididikan sekolah vokasi seharusnya menjadi perhatian pemerintah. “Kita ingin mendapatkan perlakukan dan kesempatan kesempatan yag sama dengan Politeknik. Bukan menjadi pesaing politektik tapi menjadi mitra,” ungkapnya.
Agus Nugroho, selaku ketua panitia kongres kongres mengatakan kongres pendidikan sekolah vokasi dimaksudkan untuk mengkritisi peraturan pemerintah dari UU Nomor 12 tahun 2012, dimana diamanatkan bahwa jenjang pendidikan sekolah vokasi berada di empat kelembagaan, yakni universitas, institut, politeknik dan akademi komunitas. “Dari sisi kelembagaan, belum ada kesetaraaan,” katanya.
Selain merumuskan naskah akademik, kata Agus, kongres kali ini juga akan merintis pembentukan forum komunikasi pendidikan tingi sekolah vokasi Indonesia dalam rangka membangun jejaring sinergi antar pengelola pendidikan sekolah vokasi. “Forum ini bisa menjadi mitra pemerintah dalam mempersiapkan infrastruktur penyelenggaraan pendidikan vokasi agar setara dengan politeknik,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)