Korps Mahasiswa Komunikasi UGM (Komako) bekerjasama dengan empat BSO (Badan Semi Otonom): PPC (BSO Fotografi), Kine (BSO film), Premier (BSO PR), dan DeADline (BSO Iklan) untuk kedua kali menggelar kompetisi berskala nasional untuk empat bidang komunikasi, yaitu fotografi, film pendek, public relations, dan iklan. Dikemas dalam kegiatan bertajuk Ajisaka, kompetisi di tahun 2014 mengangkat tema Authenticity.
“Tema ini diambil sebagai bentuk dari kerisauan makna sebuah karya yang otentik dan original. Sebuah karya yang dihasilkan merupakan gabungan dari ide dan karya orang lain, dan karya akan menjadi otentik dan original karena adanya ciri khas para kreator. Ciri khas dari creator inilah yang akan menunjukkan nilai baru dari sebuah karya,” ujar Immaculata Desti Ariyani selaku Media and Publication Ajisaka 2014, di Fisipol UGM, Senin (29/9).
Desti Ariyani menjelaskan rangkaian kegiatan Ajisaka, dibuka pada bulan Juli dan berakhir bulan September 2014. Disamping kompetisi, kegiatan Ajisaka diisi dengan Roadshow, Communication Day, Trend Talk, Table Manner, dan Ajisaka Party.
Untuk Roadshow dilaksanakan di 10 Perguruan Tinggi di Yogyakarta, Solo, Semarang, Malang, dan Surabaya. Dari kegiatan ini, telah menarik minat mahasiswa untuk mengikuti empat kompetisi yang dilombakan dalam Ajisaka 2014.
“Mereka yang tertarik dan mengikuti, akhirnya ke Jogja pada hari Sabtu, 27 September 2014 kemarin. Mereka bertemu dengan para pakar untuk menjalani workshop, screening, dan penjurian akhir. Penjurian diadakan untuk finalis kompetisi iklan dan public relations,” jelas Desti Ariyani.
Dalam penilaian, kata Desti, peserta dan finalis kompetisi film di screening dan mendapat komentar dari pakar. Sementara itu, untuk kompetisi fotografi diadakan hunting foto bersama.
“Selama setengah hari, finalis memperdalam kemampuannya berlomba lagi untuk menentukan posisi sebagai pemenang,” katanya.
Sementara itu untuk workshop berlangsung di Seminar Timur Fisipol UGM, pada hari Sabtu (27/9). Workshop menampilkan pembicara Wishnutama, CEO NET Mediatama Indonesia dan Henry Manampiring, Head of Strategy Leo Burnett Group Indonesia.
Henry Manampiring sebagai seorang Head of Strategy, mengupas permasalahan arti penting sebuah tren dan cara menyikapinya. Bahwa tren, katanya, merupakan sebuah kecenderungan yang tidak dapat diprediksi karena manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang kompleks.
Karena itu, Henry menawarkan empat opsi dalam menghadapi tren, yaitu waiting for the trend, ready for the trend, write the trend, atau set the ‘human’ trend. “Memanfaatkan tren dengan maksimal sama dengan mengikuti opsi terakhir. Set the human trend terjadi ketika secara individu, kita membentuk dan menciptakan tren sendiri, memanfaatkan gabungan dari kreativitas, teknologi, dan kepekaan sosial,” katanya. (Humas UGM/ Agung)