Dosen Fakultas Kedokteran Gigi UGM, drg. Tetiana Haniastuti M.Kes., Ph.D, dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Biologi Oral, Rabu (2/2) di Balai Senat UGM.
Pada acara pengukuhan jabatan guru besar, ia menyampaikan pidato berjudul “Disbiosis Mikrobioma Oral sebagai Faktor Etiologi Karies”.
“Karies akan berdampak buruk pada kualitas hidup penderitanya dan berisiko sebagai infeksi fokal sehingga menyebabkan infeksi pada bagian tubuh yang lain,” paparnya.
Pada pidatonya, ia menyampaikan bahwa gigi berlubang atau karies masih menempati urutan teratas masalah kesehatan gigi mulut yang diderita oleh penduduk Indonesia, baik dewasa maupun anak-anak.
Jika proses karies berlanjut, maka akan mengakibatkan kerusakan jaringan pulpa yang progresif bahkan kehilangan gigi yang berakibat gangguan fungsi saat mengunyah makanan, berbicara, dan perilaku sosial secara umum.
“Merujuk pada ecological plaque hypothesis, kita pahami bahwa karies adalah penyakit polimikroba yang disebabkan oleh disbiosis mikrobioma dengan melibatkan bakteri kariogenik,” ucapnya.
Tetiana memaparkan, mulut merupakan pintu masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, sehingga menjadikan rongga mulut sebagai habitat bagi mikroorganisme.
Disbiosis atau ketidakseimbangan komposisi dan jumlah bakteri dalam rongga mulut merupakan kondisi yang mudah terjadi. Padahal, disbiosis merupakan salah satu penyebab terjadinya karies.
Mengingat angka kejadian karies yang masih tinggi, menurutnya penelitian mengenai pencegahan karies melalui berbagai pendekatan biomolekuler masih perlu dikembangkan.
Penelitian yang berfokus pada satu bakteri kariogenik tertentu dirasa tidak cukup untuk mencari strategi mengatasi karies. Selain itu, perawatan gigi restoratif juga tidak akan mengubah jumlah bakteri kariogenik dalam rongga mulut, sehingga disbiosis mikrobioma oral tetap akan berlanjut.
“Perawatan antikaries yang bertujuan untuk menyeimbangkan disbiosis mikrobioma oral merupakan hal logis yang perlu dilakukan untuk keberhasilan manajemen dan pencegahan karies,” terang Tetiana.
Ia menambahkan, penelitian biomolekuler mengenai pencegahan pembentukan biofilm melalui penghambatan aktivitas glukosiltransferase, pembentukan glukan, ataupun interaksi antara reseptor pada pelikel dan adhesin bakteri kariogenik perlu semakin dikembangkan.
Selain itu, penelitian untuk mengatasi dan memodifikasi biofilm oral dengan target disrupsi matriks polimer ekstraseluler juga perlu dilakukan lebih intensif.
Untuk meminimalkan terjadinya disbiosis dan tercapai homeostatis dalam rongga mulut, menurutnya hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan membatasi asupan gula dan menyikat gigi secara rutin dan benar.
“Gigi sehat merupakan kunci dari tubuh yang sehat,” pungkasnya.
Penulis: Gloria
Foto: Dhafa