Tim Biotronik dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM (FTP) berhasil meraih juara 1 Lomba Cipta Elektronik Nasional kategori Green Energy Inovation, 24-25 Mei 2014 di Surabaya. Tim ini terdiri dari Fathi Alfinur Rizqi, Rahmawati, dan Jaza’an Aufa (ketiganya Jurusan Teknik Pertanian), dengan dosen pembimbing Murtiningrum, M.Eng. dan pembimbing teknis alat Dualim Atma Dewangga. Biotronik berhasil menyisihkan sekitar 50 tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pada lomba tersebut tim Biotronik mengangkat judul penelitian “Smart Combine Irrigation System: Sistem Otomasi Irigasi Pertanian Lahan Pantai sebagai Upaya Penghematan Air Berbasis Mikrokontroler di Pantai Samas, Srandakan, Bantul, Yogyakarta”.
Menurut penuturan Fathi Alfinur Rizqi, Smart Combine Irrigation System merupakan sistem irigasi yang terdiri dari perpaduan sistem irigasi tetes (drrip irigation) dan sistem irigasi curah (sprinkle) secara otomatis yang bisa diterapakan di lahan pantati Samas, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pengaplikasian alat ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman sesuai dengan penjadwalan irigasi yang presisi, sehingga tujuan pemberian air atau irigasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
“Prinsipnya juga untuk menghemat air karena selama ini penggunaan berlebih sumur bor di lahan pantai bisa menyebabkan nutrisi air laut mencemari air tanah,” papar Fathi, Kamis (12/6) di UGM.
Selain irigasi tetes diterapkan pula sistem irigasi curah. Hal ini bertujuan agar pada saat kadar garam yang terbawa angin tinggi maka sistem irigasi curah (sprinkle) akan aktif untuk melakukan pembasuhan garam sehingga keracunan pada tanaman karena garam dapat dicegah. Menurut Fathi sistem irigasi tetes akan aktif jika kadar lengas tanah turun, sehingga lengas tanah yang hilang karena evaporasi yang tinggi dan tanah yang porus dapat ditanggulangi.
“Penggunaan irigasi tetes juga dapat digunakan untuk pembasuhan garam yang berada di tanah. Kalau yang sudah ada khan dengan timer jadi tidak efektif,”imbuh mahasiswa asal Cilacap itu.
Penerapan stereotype sistem irigasi ini menggunakan beberapa peralatan seperti sensor lengas, sensor garam, pipa air, dan Mikrokontroler ATMega 16 sebagai pengendali utama. Lokasi lahan pasir menjadi fokus penelitian karena selama ini dinilai menjadi salah satu sumberdaya lahan yang punya potensi dikembangkan sebagai kawasan produksi pertanian. Lahan pantai Samas, kata Fathi, saat ini sudah menerapkan windbreak, dengan menanam tanaman cemara udang didekat bibir pantai, akan tetapi permasalahan terkait sistem irigasi dan cemaran garam yang terbawa oleh angin belum mendapatkan penanganan yang tepat.
“Untuk jangka panjang sistem ini akan menghasilkan banyak keuntungan termasuk peningkatan produktifitas hasil pertanian di sana,” pungkasnya. (Humas UGM/Satria AN)