
Pakar Penyakit Dalam Spesialis Paru-Paru Fakultas Kedokteran UGM, Dr. Sumardi, Sp.P.D., K.P., menyebutkan orang dengan kondisi imunitas rendah lebih rentan terjangkit Sindrom Pernapasan Timur Tengah atau MERS-CoV. Namun demikian, ia menghimbau masyarakat untuk tetap tenang menghadapi penyakit ini. Pasalnya virus korona tidak berbahaya maupun menimbulkan efek serius bagi orang sehat.
Pada orang sehat yang terkena MERS biasanya akan muncul gejala layaknya orang terserang flu. Antara lain, mengalami demam, pilek, batuk, maupun mencret.
“Jadi tidak usah panik. Flu Arab ini mirip dengan Flu Singapura yang lebih banyak menjangkiti orang dengan daya tahan tubuh lemah,” jelasnya, Senin (12/5) saat ditemui di RSUP Dr. Sardjito.
Kendati tidak berbahaya, dikatakan Sumardi virus yang menyerang saluran pernafasan ini akan berdampak serius terhadap orang dengan penyakit tertentu seperti diabetes mellitus, asma, kencing manis, ginjal, kanker, dan jantung. Pasalnya kelompok tersebut memiliki imunitas rendah sehingga rentan terkena virus.
“Kalau orang sehat kena Mers muncul gejala seperti flu. Namun dalam waktu 2-4 hari akan sembuh sendiri dan tidak akan muncul lagi karena menyerang hanya sekali seumur hidup. Yang patut diwaspadai pada orang dengan penyakit tertentu karena bisa menyebabkan kematian hingga 30 persen,” papar pria yang juga Ketua Tim Avian Influenza RSUP Dr. Sardjito.
Sumardi menyebutkan bahwa penyakit yang berasal dari unta ini tidak bersifat membahayakan bagi orang Indonesia. Kendati begitu, potensi bahaya penularan di Indonesia masih tetap ada. Karenanya, ia menghimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan.
“Kalau yang mau haji atau umrah tidak usah khawatir. Yang terpenting jaga kesehatan, ketahanan fisik dengan istirahat yang cukup, makan bergizi, dan banyak makan buah segar serta menerapkan pola hidup bersih,” jelasnya.
Kementrian Kesehatan belum lama merilis pernyataan bahwa tidak ditemukan virus MERS di Indonesia. Dari 48 orang suspect dinyatakan negatif terhadap MERS.
“Kemenkes menyatakan tidak ada satu pun orang Indonesia kena MERS. Virus ini muncul sejak 2012, kalau berbahaya harusnya sudah sejak tahun itu ribuan masyarakat kita yang haji atau umroh kena,” tandasnya.
MERS-CoV merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh virus yang sama dengan SARS yakni korona. Pertama ditemukan pada kelelawar dan unta. Sementara penularan dari manusia ke manusia yang sebelumnya melakukan kontak dengan unta pembawa virus korona.
“Di udara terbuka virus ini tidak bisa bertahan hidup, tetapi di ruang ber-AC bisa tahan hingga 6 jam,” terangnya.
Sumardi mengatakan sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mengatasi MERS. Untuk meminimalisir penularan dan jatuhnya korban, menurutnya pemerintah Arab Saudi seharusnya melakukan penanganan yang intensif terhadap kasus ini. Diantaranya dengan melakukan isolasi secara ketat terhadap pasien yang dinyatakan positif mengidap MERS.
“Sudah 147 masyarakat Arab yang meningggal. Kalau mau meniru langkah pemerintah Cina menumpas unggas dalam memberantas SARS, saya yakin MERS akan hilang. Namun sepertinya tidak mudah untuk memusnahkan semua unta di Arab Saudi,” imbuhnya. (Humas UGM/Ika)