![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/30041413988424381449516561-765x510.jpg)
Perkebunan memiliki peran penting dalam pembangunan nasional. Disamping sebagai penyumbang sumber devisa negara, perkebunan berperan penting dalam pemenuhan bahan baku industri, bahan pangan, kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan pekebun.
Namun dibalik potensi yang menjanjikan, sektor perkebunan menyimpan sejumlah permasalahan yang berat. Diantaranya permasalahan terkait Sumber Daya Manusia (SDM) Perkebunan yang kompeten.
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertaian UGM, Dr. Ir. Taryono mengatakan hal itu pada workshop “Penyiapan Sumberdaya Manusia Kompeten Perkebunan dan Kapita Selekta Kelapa Sawit”, di UC UGM, Selasa (29/4).
“Kita meyakini bahwa pendidikan dan pelatihan menjadi sarana terbaik menyiapkan SDM kompeten di bidang perkebunan. Secara khusus pada workshop kali ini kita fokus pada tiga komoditas, yaitu kelapa sawit, karet, dan tebu,” katanya.
Taryono mengungkapkan untuk meningkatkan kapasitas SDM Perkebunan, Pusat Kajian Perkebunan dan Pertanian UGM menawarkan dua strategi utama. Adapun dua strategi tersebut yaitu penyelenggaraan Kapita Selekta Perkebunan dan pembukaan Program Magister Profesi Internasional hasil kerjasama dengan Songkla University.
Untuk Kapita Selekta Perkebunan akan dilakukan setiap bulan dan fokus pada komoditas-komoditas pilihan. Sementara itu, untuk pertama kali akan dibuka Kapita Selekta Perkebunan Kelapa Sawit yang direncanakan digelar selama 8 kali pertemuan.
“Kita berharap mahasiswa Faperta UGM memiliki wawasan yang cukup tentang budidaya kelapa sawit, dan perusahaan-perusahaan perkebunan dapat berkomunikasi, melihat dan mencermati kemampuan para mahasiswa dan harapannya bisa diterima kerja sebelum mereka lulus,” ujar Taryono.
Menanggapi kegiatan tersebut, Dr. Djamhari selaku Dekan Fakultas Pertanian UGM menyatakan Perguruan Tinggi saat ini melakukan pendekatan melalui 2 cara, yaitu berdasar scientific vision dan market signal. Oleh karena itu, Faperta UGM terus mendorong kegiatan-kegiatan yang terkait kegiatan akademik dan permintaan pasar.
“Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, kita tidak hanya bermata kuda, scientific vision saja, namun juga harus memperhatikan pasar. Tidak hanya ilmu pengetahun saja, harus juga bisa melihat sinyal pasar yang dibutuhkan,” tuturnya. (Humas UGM/ Agung)