Indonesia merupakan negara agraris dengan hasil pertanian dan perkebunan yang melimpah. Sayangnya, sedikit dari hasil pertanian atau perkebunan yang menjadi komoditi ekspor unggulan. Salah satunya dikarenakan daya hasil pertanian yang tidak maksimal. Bahkan hasil pertanian yang ada tidak memenuhi baku mutu ekspor.
“Ketidakmampuan menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan potensi dan daya dukung lahan menjadi penyebab rendahnya produktivitas hasil pertanian,” kata Drs. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc., saat ujian terbuka program doktor, Sabtu (26/4) dI FMIPA UGM. Dalam kesempatan itu Tri Kuntoro mempertahankan disertasi berjudul “Model Evaluasi Lahan Menggunakan Entropy-Modofied Analytic Hierearchy Process untuk Optimasi Alokasi Tanaman”.
Menurutnya penanganan tanaman mulai dari penanaman hingga panen yang tidak sesuai dengan musim atau iklim turut andil menyebabkan rendahnya hasil pertanian di Indonesia. Ditambah lagi dengan tidak adanya evaluasi lahan.
“Evaluasi lahan hanya dilakukan sepotong-sepotong sehingga saat memaksimalkan daya pada petak lahan bisa berakibat buruk bagi kawasan di daerah sekitarnya,” jelas dosen Jurusan Fisika FMIPA UGM ini.
Tri Kuntoro menyebutkan keadaan data yang tersebar pemilikannya oleh daerah atau sektor fungsional akan menambah kesulitan dalam melakukan evaluasi pada kawasan yang lebih luas. Kawasan tersebut misalnya pada daerah aliran sungai.
“Sistem pendukung keputusan yang bisa membantu peningkatan produktivitas lahan atau tanaman menjadi sangat dibutuhkan,” tegasnya.
Tri Kuntoro mengajukan model optimasi evaluasi lahan yang dapat digunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan dengan melibatkan sejumlah kriteria dan perencanaan pemanfaatan lahan optimal. Ia mengambil sampel lahan pertanian di daerah aliran sungai Bogowonto, Jawa Tengah.
Model yang diusulkan memasukkan prinsip entropi dalam ranah thermodinamika untuk memodifikasi AHP. Model tersebut diimplementasikan sebagai aplikasi berbasis web yang memadukan MCDA dengan GIS dalam tautan yang longgar.
“Hasilnya memperlihatkan implementasi model telah berfungsi dengan baik dan membuktikan bahwa pengguna dapat memanfaatkan hasilnya yang berupa peta alokasi tanaman jenis apa yang akan memberikan produktivitas maksimal jika dibudidayakan di kawasan DAS Bogowonto,” urainya.
Ditambahkan, pemanfaatan Jala Peta Maya sebagai implementasi model optimasi pemanfaatan lahan untuk alokasi komoditas pertanian berbasis web memberikan sejumlah keuntungan, antara lain kemudahan dalam penggunaan. Pasalnya pengguna tidak lagi direpotkan lagi dengan penganganan data spasial karena penyiapan data telah dilakukan oleh pihak yang berwenang dan kompeten. Selain itu penggunaan Jala Peta Maya memberikan keluwesan bagi pengguna untuk menentukan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan alokasi komoditas pertanian. (Humas UGM/Ika)