![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/22041413981403891990986889-680x510.jpg)
Minat menulis jurnal ilmiah di Indonesia masih rendah. Data dari Scientific American Survey (1994) menunjukkan kontribusi tahunan Scientist dan Scholars Indonesia pada pengetahuan (knowledge), sains, dan teknologi hanya 0,012 persen. Fakta tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan kontribusi Singapura yang mencapai 0,179 persen.
“Tentu kalau dibandingkan dengan sumbangan ilmuwan di AS tidak signifikan karena disana mencapai 20 persen,” papar peneliti dari Jurusan Kimia FMIPA UGM, Prof.Dr. Mudasir, M.Eng saat mengisi “Workshop Publikasi Ilmiah Jurnal Nasional dan Internasional” bagi mahasiswa S3 di Fakultas Biologi UGM, Selasa (22/4).
Mudasir menambahkan rendahnya minat menulis artikel ilmiah di Indonesia disebabkan beberapa faktor. Selain tidak tahu bagaimana cara menulis karya ilmiah demgan baik, penghargaan (insentif) dari universitas juga masih kecil. Di sisi lain situasi jurnal ilmiah di Indonesia juga belum optimal. Mudasir mencontohkan oplah jurnal ilmiah di Indonesia yang terbatas hanya sekitar 400 kopi peredisi. Sirkulasinya yang terbatas dan bersifat lokal serta tidak dilanggan oleh perpustakaan.
“Bahkan sebelumnya belum disertai abstrak dalam bahasa Inggris sehingga sedikit disitasi. Akibatnya jurnal ilmiah kita tidak begitu dihiraukan oleh dunia scientific,” imbuhnya.
Diakui Mudasir, dalam masyarakat ilmiah yang relatif belum berkembang, kegiatan diseminasi melalui peer-review perlu diberi dorongan yang memadai. Adanya skema penelitian yang mengharuskan publikasi diharapkan dapat meningkatkan gairah peneliti Indonesia untuk mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah bertaraf nasional terakreditasi dan peer-review international journals.
Senada dengan itu Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Biologi, Dr. Budi Setyadi Daryono, M.Agr.Sc menilai tanpa adanya publikasi maka ilmu pengetahuan akan mati. Menurut Budi kualitas penelitian dosen maupun ilmuwan Indonesia tidak kalah jika dibandingkan penelitian dari luar negeri.
“Poin pentingnya adalah bagaimana menulis ilmiah itu menjadi budaya yang terus dilestarikan. Bahasa Inggris bukan menjadi kendala bagi kita untuk terus menulis,” tegas Budi.
Workshop yang berlangsung selama dua hari tersebut diikuti sekitar 40 orang mahasiswa S3 dari beberapa angkatan. Kegiatan ini cukup penting mengingat diterbitkannya artikel di jurnal ilmiah bagi mahasiswa merupakan syarat utama kelulusan studi S3 di Fakultas Biologi UGM yang memilih jalur wisuda. (Humas UGM/Satria)