![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/18021413926941261869241914-1-819x510.jpg)
Besarnya dampak erupsi Gunungapi kelud pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 22.00 WIB berdampak banyak jumlah penduduk yang harus dievakuasi. Indikasi tingginya kolom erupsi yang mencapai belasan km, hujan pasir dan kerikil mencapai radius 15 km, mengakibatkan proses penanganan bencana lebih panjang.
UGM secara proaktif memberikan sumbangsih pemikiran terkait penanggulangan bencana gunungapi Kelud. Hasil Rapid Assesment dampak erupsi Gunungapi Kelud terhadap Kawasan Rawan Bencana (KRB I, II dan III), UGM menerjunkan tim untuk melakukan response cepat terhadap berbagai issue terkait.
Menurut Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, M.Sc, Tim UGM akan dibagi menjadi dua yaitu tim yang bergerak untuk memberikan bantuan darurat (emergency response) dimotori oleh DERU dan tim yang akan melakukan kajian ilmiah (research) dikoordinasi oleh TIM PSBA UGM.
“Berbagai kegiatan yang dilakukan keduanya, antara lain untuk Tim Emergency Response dengan mengirimkan tim kesehatan, mengirimkan logistik kesehatan, obat-obatan, masker dan lain-lain, mengirimkan relawan serta melakukan assessment awal untuk mengetahui persebaran lokasi pengungsian dan jumlah pengungsi”, papar Suratman, di Kampus UGM, Selasa (18/2).
Sementara hasil rapat koordinasi DERU, Pusat Studi Bencana Alam UGM, dan LPPM pada tanggal 13 Februari 2014, kata Suratman, Tim Research UGM mengagendakan kegiatan jangka pendek antara lain mengkaji dampak erupsi gunungapi Kelud terhadap berbagai sektor, melakukan penaksiran risiko erupsi gunungapi kelud dan pemetaan element at risk. Disamping itu, tim research juga akan melakukan pemetaan jaringan sungai yang berhulu di gunung kelud, pemetaan desa-desa yang berpotensi terdampak, kajian manajemen evakuasi dan pengungsian dan mengkaji pemulihan awal.
“Untuk agenda jangka panjang, tim resarch UGM akan melakukan studi komparatif kejadian erupsi gunungapi di beberapa wilayah Indonesia, sebagai hikmah ajar menuju penanggulangan bencana gunungapi yang lebih baik di masa yang akan datang, dan melakukan kajian kearifan lokal dalam penanggulangan bencana gunungapi”, tambahnya. (Humas UGM/ Agung)