Setidaknya 31 mahasiswa program pascasarjana dari berbagai negara di belahan dunia akan berkumpul di UGM guna mengikuti International Summer School. Kegiatan yang bertema Return to the Past: Memory Making and Heritage in Southeast Asia tersebut rencananya akan dihelat pada 24 Februari hingga 7 Maret 2014 mendatang.
Summer school ini diselenggarakan UGM bekerjasama dengan Universität Humboldt, Jerman dan Universiti Sains Malaysia. Program ini diikuti mahasiswa berlatar belakang disiplin ilmu humaniora dan ilmu politik dari sejumlah negara seperti Indonesia, Jerman, Jepang, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
Koordinator Program Summer School Indonesia, Widaratih Kamiso mengatakan bahwa nantinya pada minggu pertama peserta akan mengikuti perkuliahan di kelas untuk diperkenalkan sejumlah teori utama mengenai memori dan warisan budaya. Nantinya, mereka bersama-sama membangkitkan memori dan transmisi di negara-negara pascakolonial di kawasan Asia Tenggara sebagai fenomena sosial, budaya dan politik.
“Memunculkan memori untuk memahami bagaimana identitas terbentuk, diperebutkan, dan dimodifikasi,” jelasnya, Rabu (12/2) di Kampus UGM.
Kelas perkuliahan yang akan dilaksanakan di Ruang Multimedia, Gedung Margono, Fakultas Ilmu Budaya UGM ini menghadirkan sembilan pembicara dari UGM, Universität Humboldt, Jerman dan Universiti Sains Malaysia. Mereka adalah Prof. Dr. Vincet Houben, Prof. Dr. Bambang Purwanto, Dr. Sri Margana, Dr. Olivia Killias, Dr. Lye Tuck Po, Dr. Budiawan, Rosa Castilo , M.A., Aleah Connley, M.A., dan Uji Nugroho, M.A.
Selanjutnya, pada minggu kedua peserta akan diajak berkunjung ke sejumlah museum di Yogyakarta. Museum tersebut antara lain Monumen Jogja Kembali, Museum Benteng Vredeburg, dan Museum H.M. Soeharto.
“Peserta juga akan dikenalkan ke Komunitas Onthel dan beberapa komunitas pemerhati cagar budaya yang terhubung dengan situs-situs sejarah tersebut. Usai melakukan kunjungan mereka diharapkan mempresentasikan hasil kunjungan itu,” tambahnya. (Humas UGM/Ika)