Salah seorang guru besar terbaik UGM dari Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Dr. Hari Poerwanto tutup usia. Hari Poerwanto meninggal dunia pada Kamis, 6 Februari 2014 pukul 06.30 di rumah duka Jl. Tantular no. 437 Condong Catur, Pringwulung, Sleman, Yogyakarta. Jenazah Hari Poerwanto dimakamkan di peristirahatan terakhir Sawitsari setelah sebelumnya disemayamkan di Balairung UGM.
“Almarhum meninggal pagi tadi dalam usia 68 tahun,” kata Dr. Bambang Hudayana, mewakili pihak keluarga, Kamis (6/2) di Balairung UGM.
Sementara itu Ketua Majelis Guru Besar (MGB) UGM, Prof. Dr.Ir. Susamto Somowiyarjo, M.Sc. dalam sambutannya mengatakan bahwa UGM telah kehilangan salah satu putra terbaiknya. Selama ini Prof. Dr. Hari Poerwanto telah mendarmabaktikan ilmunya secara luas. Susamto menyebut salah satu sumbangsih almarhum adalah pada studi etnis China di Singkawang.
“Disertasi beliau berjudul ‘Orang China Khek di Singkawang: Studi Tentang Asimilasi dalam Rangka Integrasi Nasional di Indonesia’,” kata Prof. Susamto.
Susamto menilai ide dan pemikiran almarhum tentang asimilasi etnis China ini sangat penting bagi integrasi nasional bangsa Indonesia. Proses integrasi tidak semata-mata ditentukan oleh persatuan namun juga turut didukung oleh tingkat kepuasan dan psikologis suatu suku bangsa tertentu.
“Syukurlah kalau di Yogyakarta proses asimilasi maupun integrasi etnis China dengan pribumi telah terjalin. Ini tentu juga sejalan dengan pemikiran almarhum,” imbuhnya.
Prof. Dr. Hari Poerwanto lahir di Jombang, 18 November 1946. Almarhum dikukuhkan sebagai guru besar pada 29 Mei 2003 dengan pidato pengukuhan yang berjudul “Orang China di Indonesia dan Masalah Integrasi Nasional”. (Humas UGM/Satria)