YOGYAKARTA – Perwakilan Masyarakat, Partai Politik dan Lembaga Penyelenggara Pemilu di DIY sepakat mendukung suksesnya penyelenggaraan Pemilu 2014 yang Jujur, Damai, dan Berbudaya. Lima butir hasil deklarasi tersebut, diantaranya berisikan bahwa pihak penyelenggara dan peserta PEMILU, serta seluruh elemen bangsa harus santun dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, dan bersedia menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. “Masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif dalam mencegah dan mengawasi pelaksanaan PEMILU 2014 dan menolak money politics (politik uang),” kata Prof. Dr. Sudjito, Kepala Pusat Studi Pancasila, dalam menyampaikan hasil deklarasi dalam sarasehan Kebangsaan Temu Parpol yang berlangsung pada Sabtu, 1 Februari.
Dalam rilis yang dikirim Senin (3/2), Sudjito menegaskan peserta sarasehan yang terdiri beberapa perwakilan pelajar, mahasiswa, TNI/POLRI, tokoh masyarakat, pengurus partai, pengurus KPU dan Bawaslu, juga sepakat bahwa pemasangan alat peraga ataupun atribut parpol harus memperhatikan aturan, etika politik, dan lingkungan yang ada. Selain itu, Pemerintah dan KPU wajib menjamin hak konstitusi warga negara dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Dan yang tidak kalah penting, media massa dan Perguruan Tinggi harus ikut berpartisipasi aktif dalam pendidikan politik bagi masyarakat.
Menurut Sudjito, parpol dan calon anggota legislatif perlu untuk memahami Pancasila sebagai Philosophisce groundslag, yakni Pancasila sebagai pedoman untuk merumuskan produk hukum dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Pasalnya pendidikan politik tidak maksimal dilaksanakan oleh partai, sehingga berdampak pada ketidaktahuan masyarakat dalam memilih calon wakil mereka di legislatif. “Partai politik belum mampu memberikan keteladanan, dan pendidikan politik bagi masyarakat tentang bagaimana seharusnya berpolitik secara santun, beretika, dan berbudaya,” imbuhnya.
PSP UGM, sambungnya, tengah berupaya untuk mengajak para peserta Pemilu, penyelenggara Pemilu seperti KPU, Bawaslu, serta elemen bangsa untuk dapat berperan aktif dalam menyikapi hiruk-pikuk dan segala persoalan administratif dan sosialisasi pemilu 2014.
Rakha, seorang pelajar SMA di Yogyakarta yang hadir dalam sarasehan tersebut mengatakan umumnya para pelajar SMA seperti dirinya masih ingin tetap memilih calon wakil rakyat, tapi mereka tidak tahu siapa yang dipilihnya sebab mereka hanya tahu informasi lewat media atau baliho yang dipasang di pinggir jalan. “Kita tidak tahu visi dan misi para caleg atau parpol itu seperti apa,” ungkapnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)