Menjaga kesehatan organ reproduksi merupakan hal yang penting karena terkait dengan bagaimana kita menjamin keberlangsungan hidup manusia dari generasi ke generasi sehingga generasi berikutnya bisa lebih berkualitas dibanding dengan generasi pada saat ini. Hal tersebut disampaikan oleh Elsi Dwi Hapsari, S.Kp., M.S., D.S. (Departemen Keperawatan Anak dan Maternitas FKKMK UGM) dalam bincang-bincang santai RAISA Radio pada Selasa, (11/1).
Elsi memaparkan bahwa kesehatan reproduksi telah dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. UU tersebut menyatakan bahwa kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan.
“Kesehatan reproduksi secara umum tidak hanya terkait dengan aspek fisik saja, tapi menyangkut aspek psikologis, mental, dan sosial. Melihat pentingnya kesehatan reproduksi, pemerintah juga mengatur dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Saat kita membahas kesehatan reproduksi, tidak hanya dari sisi laki-laki atau perempuan saja, tapi dari keduanya juga penting,” ujar Elsi pada Selasa, (11/1).
Elsi menyampaikan bahwa dengan memahami kesehatan reproduksi dengan baik, kita bisa menghindari penyakit yang bisa ditimbulkan, seperti infeksi menular seksual dan bisa mencegah terjadinya infertilitas.
“Kalau kita tidak memahami dan mempraktikkan dengan baik, kita akan terbawa ke pergaulan bebas, seks pra-nikah, dan melakukan tindakan ekstrem misalnya melakukan aborsi yang justru bisa membahayakan kesehatan,” tuturnya.
Menjaga kesehatan reproduksi memang penting bagi laki-laki maupun perempuan. Namun, untuk praktik perawatannya menurut Elsi terdapat beberapa perbedaan. Menurutnya, secara umum untuk menjaga kesehatan reproduksi, bagi laki-laki dianjurkan untuk disunat untuk mencegah infeksi menular seksual dan menurunkan risiko terkena kanker penis. Sedangkan bagi perempuan disarankan agar menjaga kelembaban daerah kewanitaan, memakai celana dalam yang mudah menyerap keringat, rutin mengganti pakaian dalam dan pembalut terutama ketika menstruasi, serta jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah mencuci organ reproduksi kita.
“Cara membersihkan organ reproduksi untuk perempuan yaitu dari daerah depan ke belakang.
Kalau perempuan memang lebih pendek antara saluran untuk membuang air kecil, buang air besar dan untuk melahirkan sehingga risiko untuk terjadinya infeksi akan menjadi lebih tinggi. Perlu diperhatikan cara membersihkannya,” tutur Elsi.
Bagi yang aktif secara seksual, Elsi menyebutkan bahwa terdapat tambahan yang perlu diperhatikan.
“Bagi yang aktif secara seksual, bagi perempuan disarankan untuk buang air kecil dan besar sebelum melakukan hubungan seksual, yang sudah menikah harus rutin melakukan pemeriksaan tasmir. Kalau belum menikah usahakan jangan berhubungan seksual dulu, setia pada pasangan (tidak gonta-ganti), kalau melakukan hubungan seksual harus ada barrier (kondom), dan harus saling terbuka pada pasangan pernah ada keluhan apa saja,”
Elsi menambahkan remaja juga perlu mengetahui informasi dan pengetahuan organ reproduksi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan misalnya kehamilan yang tidak dihendaki, infeksi menular seksual dan sebagainya.
“Remaja kan sudah mulai mengenal lawan jenis dan mulai menyayangi, jadi remaja harus belajar bagaimana pacaran yang sehat, belajar bagaimana memelihara organ reproduksinya, dan perilaku seksual yang baik bagaimana,” tutur Elsi.
Penulis: Desy