YOGYAKARTA-Dukungan sosial dan pengembangan rasa optimis pada para penyintas bencana (orang yang selamat dan bertahan hidup dari bencana), akan menjadikan penderitaan dan keterpurukan para penyintas bencana tidak berlangsung lama sehingga kesejahteraan subjektif mereka menjadi tidak terganggu. Selain itu dukungan emosional seperti memberikan perhatian, kepedulian dan simpati atas musibah yang dialami penyintas bencana seperti tsunami di Aceh tahun 2004 silam, akan turut membantu menghidupkan harapan baru bagi mereka.
“Kita yakinkan kepada mereka bahwa musibah itu hanya bersifat sementara dan akan berubah ke arah lebih baik,â€papar Dra. Nefi Darmayanti, M.Si pada ujian sidang terbuka program doktor Fakultas Psikologi UGM, Rabu (16/5). Dalam kesempatan itu Nefi mempertahankan disertasinya yang berjudul Model Kesejahteraan Subjektif Remaja Penyintas Bencana Tsunami Aceh 2004.
Nefi menjelaskan penelitiannya dilakukan terhadap 209 remaja yang mengalami musibah bencana tsunami Aceh 2004, berusia antara 15-18 tahun, beragama Islam dan kehilangan orang-orang yang mereka cintai, mengalami kerugian harta benda dan ikut dengan keluarga masing-masing. Hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa yang menentukan kesejahteraan subjektif remaja penyintas bencana adalah faktor internal dan eksternal individu.
“Remaja yang mampu menilai kondisi dan mengembangkan kemampuan interpersonal dan memperoleh dukungan akan menentukan kesejahteraan subjektif yang dimiliki,â€paparnya.
Promovendus menegaskan remaja yang mampu menilai bahwa kondisi buruk yang dialami hanya sementara, akan membuat mereka tetap optimis dan terdorong untuk bisa meraih harapan baru dalam hidupnya. Hal ini akan membuat mereka puas dan senang menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Selain itu, jika para remaja tersebut mampu mengembangkan kemampuan relasi interpersonalnya maka mereka akan mudah mendapatkan dukungan, baik dukungan informasi, emosional dan material dari orang-orang sekitarnya.
“Tentu ini juga didukung adanya filosofi hidup masyarakat Aceh, Adat ngon hukom lagei zat ngon sifeut, dimana ketika menjalani hidup dilandasi nilai Islam untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat,†tegas dosen di IAIN Sumatera Utara dan Universitas Medan Area itu.
Di hadapan tim penguji Nefi menuturkan bahwa religiusitas, kepribadian tangguh dan harga diri berpengaruh secara tidak langsung terhadap kesejahteraan subjektif remaja penyintas bencana. Dalam konteks musibah tsunami, para remaja menyadari bahwa peristiwa tersebut di luar kemampuan kendalinya. Mereka yakin musibah memang sudah menjadi takdir, sehingga mereka tidak terpuruk dan menyalahkan keadaan yang sangat tidak mengenakkan tersebut.
“Mereka tidak kecewa berkepanjangan, tapi justru cepat bangkit dan mengintegrasikan kembali seluruh aspek kepribadiannya sehingga mampu mengaktualisasikan kemampuan yang dimiliki dan merasa bahagia,â€kata Nefi yang lulus ujian dengan predikat sangat memuaskan tersebut.
Seperti diketahui, Banda Aceh di tahun 2004 silam terkena bencana tsunami dengan kekuatan 8,9 skala Richter. Akibat bencana tersebut ratusan ribu jiwa melayang, dan hampir 90 persen bangunan rata dengan tanah (Humas UGM/Satria AN)