YOGYAKARTA – Rektor terpilih Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Pratikno mensinyalir, kondisi politik dan keamanan di Yogyakarta yang cenderung memanas akhir-akhir ini merupakan tarikan politik yang terjadi di Jakarta. Menurutnya, Yogyakarta tengah diuji secara nasional sebagai barometer ketenangan, kedamaian dan multikultur di Indonesia. “Yogya sebagai barometer politik nasional tengah diuji kebarometerannya,” kata Pratikno ditemui di kantor Fisipol, Sabtu (12/5).
Menurutnya situasi politik di Yogya agak sedikit memanas. Penggunaan kekerasan terjadi di beberapa tempat seperti di LKiS, Babarsari dan seterusnya. Sementara di level elite kultural Puro Pakualaman juga sedikit menunjukan ketegangan.
Yogyakarta kata Pratikno, bisa dikooptasi dalam politik nasional dan mendekati 2014 akan semakin memanas. Namun kata dia, selama ini hal tersebut tidak terlalu terjadi karena masyarakat dan elit kultural bisa membentengi diri. “Di tingkat elite sendiri, Sultan juga sudah menyampaikan Sabdatama,†imbuhnya.
Pratikno berpendapat jargon Yogyakarta yang damai, mengedepankan toleransi dan kekompakan, sinergi antar dimensi sosial dan politik perlu dipertahankan. “Sesuatu yang penting untuk kita jaga. Ajakan bersama-sama menjaga agar tidak tertarik oleh ketegangan politik tingkat nasional dan tindak kekerasan,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)