
YOGYAKARTA-Gubernur DIY Sri Sultan HB X mendukung sepenuhnya pengusulan Rektor pertama UGM, Prof.Dr.Sardjito sebagai pahlawan nasional. Menurut Sultan sejarah telah mencatat perjalanan Prof .Sardjito dalam dunia kedokteran dan pendidikan di Indonesia yang luar biasa. Dalam setiap tanggung jawabnya, Prof.Sardjito memiliki kesadaran penuh akan posisinya sebagai manusia Indonesia yang nasionalis.
“Selama 80 tahun hidupnya Sardjito selalu berkarya bagi masyarakat dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai dokter, pendidik, sekaligus pejuang kemerdekaan. Jadi, selaku Gubernur maupun pribadi saya mendukung usulan gelar pahlawan ini,â€tegas Sri Sultan HB X dalam sambutannya pada Seminar Pengusulan Prof.Dr.Sardjito Sebagai Pahlawan Nasional di RSUP Dr. Sardjito, Rabu (11/4).
Sultan menambahkan selama ini Sardjito seperti sosok pahlawan yang terlupakan. Padahal jasanya sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan, terutama jasa pelayanan kesehatan kepada para prajurit pejuang kemerdekaan. Waktu itu Sardjito mengupayakan ketersediaan obat-obatan dan vitamin bagi para prajurit. Selain itu juga dengan membangun pos kesehatan untuk tentara di Yogyakarta dan sekitarnya.
Sebagai founding father, imbuh Sultan, Sardjito juga telah meletakkan dasar-dasar pemikiran dan arahan pendidikan di UGM yang saat itu merupakan tumpuan rakyat Indonesia untuk mencapai kemajuan. Padahal, menjadi Presiden UGM pada masa itu merupakan tugas yang amat berat. Tak ada pemasukan berlimpah dari uang kuliah mahasiswa dan keuntungan penyewaan gedung seperti saat ini.
“Gedung UGM belum bisa menampung seluruh mahasiswa. Belum lagi dosen yang masih sulit didapat. Dalam kondisi tersebut Sardjito tampil dengan idealisme yang tinggi membangun UGM,â€urainya.
Dalam kesempatan tersebut Sultan juga menilai saat ini semakin sedikit sarana bagi mahasiswa khususnya UGM untuk mempersatukan kepentingannya. Pelbagai kelas sosial dan latar belakang keilmuwan kian memisahkan dan menjauhkan mahasiswa dari realitas. “Kita belum sampai pada cita-cita luhur Sardjito yaitu menjadi intelektual yang kerakyatan,â€paparnya.
Sementara itu Rektor UII, Prof.Dr.Edy Suandi Hamid, M.Ec., mengatakan tidak banyak pihak yang tahu bahwa Prof. Dr. Sardjito selain menjadi Rektor UGM, ia juga pernah menjabat sebagai Rektor UII selama tujuh tahun dari 1963-1970. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan perjuangan Prof Sardjito itu maka dibangunlah gedung kuliah umum Prof. Dr. Sardjito di UII.
“Jasa beliau tidak hanya di kancah regional tapi juga nasional hingga internasional,â€kata Edy.
Satu hal yang tidak bisa dilupakan dari Prof. Sardjito yaitu ketika membuka cabang UII di berbagai wilayah seperti Gorontalo, Cirebon, Madiun, Kediri, dll. Membuka lembaga pendidikan yang saat itu justru tidak memiliki nilai ekonomi/bisnis yang menggiurkan tetapi daerah yang terpinggirkan dan pelosok.
Sejarawan UGM, Prof. Dr. Djoko Suryo dalam seminar itu juga mendukung pemberian gelar pahlawan nasional kepada Prof.Dr.Sardjito. Ia menilai secara aktual dan faktual Prof. Sardjito sudah menjadi pahlawan nasional karena dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.
“Tinggal formalnya saja sebagaimana dipersyaratkan dalam UU Nomor 20/2009 mengenai Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan yang menurut saya semuanya sudah terpenuhi,â€jelas Djoko.
Rencana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Prof. Sardjito ini disambut gembira pihak keluarga. Anak angkat Prof. Dr. Sardjito, Budi Santoso menjelaskan pihak keluarga tengah menyiapkan berbagai syarat dan dokumen yang dibutuhkan. Sementara untuk tanda jasa maupun piagam penghargaan yang diterima telah diserahkan di Museum Beteng Vredeburg.
“Keluarga tentu berterimakasih dan mendukung rencana pemberian gekar pahlawan nasional ini,â€kata Budi.
Ketua Tim Pengusul Gelar Pahlawan Prof. Dr. Sardjito, Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K). menjelaskan bahwa usulan penganugerahan gelar pahlawan ini antara lain berasal dari UGM, FK UGM, RSUP Dr. Sardjito, UII dan didukung oleh pihak keluarga. Sutaryo berharap tahun ini pemerintah bisa memberikan anugerah gelar pahlawan kepada peletak dasar pendidikan Pancasila di Indonesia tersebut.
“Selain berjasa dalam upaya merebut kemerdekaan, Prof. Sardjito juga menjadi peletak dasar pendidikan Pancasila di Indonesia,â€kata Sutaryo.
Hingga saat ini sedikitnya terdapat delapan tokoh UGM yang telah dianugerahi gelar pahlawan nasional. Mereka adalah Prof. Dr. Abdurrachman Saleh, Dr.(HC) Ir. Soekarno, Dr.(HC) Ki Hajar Dewantara, Dr. (HC) Moh. Hatta, Prof. Ir. Herman Johanes, Prof. Dr. Suharso, Prof. Supomo, dan Sri Sultan HB IX.
Prof. Dr. Sardjito lahir 13 Agustus 1889 di Purwadadi, Magetan, Madiun, Jawa Timur. Meninggal 5 Mei 1970. Ayahnya bernama Sadjit, seorang guru. Anak kandung almarhum hanya satu yaitu Pek Poedji Utomo yang telah meninggal tahun 2005 silam (Humas UGM/Satria AN)