Bekerja keraslah dengan posisi sekarang yang kau miliki. Jadilah yang terbaik, karena yang terbaik itulah yang akan selalu dikenang. Jangan lupa pula untuk berbagi dengan orang-orang di sekitar kita dengan apa yang kita peroleh.
Kata-kata ini muncul dari Donna Ardelia, mahasiswa Fakultas Hukum UGM angkatan 2008 yang baru saja diwisuda pada hari Selasa (21/2). Donna adalah satu dari tiga mahasiswa Fakultas Hukum lainnya, yaitu Fani Phisca P (angkatan 2008) serta Laras Susanti (angkatan 2007) yang lulus dan diwisuda hari ini dengan nilai IPK 4,00.
Ya, tentu sebuah nilai yang membanggakan dari sisi akademik. Meskipun memang nilai bukan segala-galanya bagi seorang sarjana ketika lulus. Masih banyak faktor lain yang turut mendukung kesuksesan seorang sarjana ketika lulus kuliah dan akan terjun di dunia kerja seperti keahlian serta kreatifitas. Nah, ingin tahu lebih jauh bagaimana kiat-kiat mereka untuk sukses studi? Kita simak penuturan mereka berikut ini.
Selalu Membuat Skala Prioritas
Ternyata, bukan hanya nilai IPK-nya saja yang bagus, lama studi Donna pun relatif singkat yaitu 3 tahun 4 bulan. Beberapa hari sebelum hari wisuda gadis kelahiran Bandar Lampung, 14 Juli 1990 ini bercerita banyak tentang perjalanan studinya di UGM maupun resep suksesnya memperoleh nilai IPK 4,00.
Donna menjelaskan tidak ada yang berbeda dirinya dengan mahasiswa lain ketika studi di Fakultas Hukum. Hanya saja diakui Donna satu hal yang selalu dipegang teguh oleh dirinya yaitu selalu membuat skala prioritas antara belajar dengan kegiatan lain di luar kampus seperti di organisasi. Disamping itu ia juga selalu menekankan rasa bertanggungjawab atas dirinya sendiri.
“Jujur saya selalu membuat skala prioritas untuk tugas dan kegiatan harian biar bisa berjalan lancar,â€kata Donna.
Satu hal yang menurut Dona mungkin berbeda dengan kebiasaan pada umumnya, yaitu belajar dari waktu larut malam hingga dini hari ketika menghadapi ujian. Justru menurut Dona dengan belajar waktu malam itu dirinya bisa lebih fokus.
“Selain itu yang memberi semangat adalah ketika di semester awal nilai saya sudah 4,00. Itu starting poin yang bagus sehingga harus saya pertahankan,â€katanya.
Pada perbincangan itu Donna bercerita kesibukannya di kampus yang sebenarnya sama dengan mahasiswa lainnya. Ia sibuk di Badan Penerbitan Pers Mahasiswa Mahkamah Fakultas Hukum. Dalam pandangan Donna faktor lain yang turut mendukung keberhasilannya selama studi yaitu rasa cinta dan bangga kepada Fakultas Hukum UGM semenjak di bangku SMA. Waktu itu bakat Donna di bidang hukum sebenarnya juga telah terlihat. Dia sering mengikuti berbagai kompetisi seperti lomba menulis artikel hingga lomba debat.
“Saya mengidolakan ayah yang banyak berkecimpung di dunia humas sehingga banyak berinteraksi dengan orang banyak. Nah, saya rasa waktu itu dengan masuk Fakultas Hukum bisa mencontoh seperti ayah,â€katanya.
Gadis yang justru tertarik bekerja di perusahaan multinasional ini mengaku bersyukur atas prestasi akademik yang diperolehnya. Apa yang selama ini telah diperjuangkan orangtuanya tidak sia-sia. Meskipun demikian Donna tidak berhenti sampai disini untuk terus mengembangkan diri agar lebih baik lagi. “Jangan puas sampai disini. Ini mungkin awal yang baik tapi saya akan terus mengembangkan diri lagi agar lebih baik,â€ujar anak ke-2 dari 3 bersaudara itu.
Pendidikan Orangtua Rendah, Semangat Kuliah Tetap Tinggi
Lain Donna, lain pula dengan Laras Susanti. Perjalanannya studi di Fakultas Hukum mungkin tidak semulus Donna. Kala itu Laras yang hidup dengan pakdenya di Jakarta harus menggadaikan rumah terlebih dahulu untuk bisa memperoleh pinjaman uang dari bank setelah dinyatakan diterima di UGM.
Mahasiswi kelahiran Tegal, 27 Juli 1988 ini memang tinggal dengan pakdenya karena kedua orangtuanya bercerai. Sebelum masuk Fakultas Hukum waktu itu ibunya sempat menyarankan agar bekerja setelah lulus SMA. Namun untunglah pakdenya saat itu tidak setuju dan menyarankan Laras untuk kuliah.
“Waktu itu saran pakde kalau dengan studi nanti rejeki itu akan ada,â€kenang Laras.
Diakui Laras, kecintaannya pada ilmu hukum sudah tertanam ketika SMA. Penegakan hukum di Indonesia yang tebang pilih dan tidak adil membuatnya tergugah untuk tahu lebih banyak tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan hukum kita saat itu. Hal ini dipertegas lagi dengan pengalaman pribadinya ketika mengurus surat kelengkapan beasiswa yang harus mendapat pungutan liar mulai dari Kelurahan hingga Kepolisian.
Untuk itulah ketika dinyatakan diterima di Fakultas Hukum UGM, Laras mengaku tidak menyia-nyiakannya. Selama studi, Laras mengungkapkan beberapa kunci suksesnya. Apa saja kunci suksesnya? Manajemen waktu, rajin membaca berita, dan sering berdiskusi.
“Kita harus bisa membagi waktu, rajin baca berita dan berdiskusi. Tapi dari ketiga hal itu menurut saya kunci sukses yang lebih penting yaitu cinta dengan ilmu yang kita tekuni,â€jelas mahasiswi yang sempat menjadi juara 1 tingkat nasional pada Debat Mahkamah Konstitusi tahun 2011 itu.
Pengalaman pendidikan kedua orang tuanya yang kurang menguntungkan nampaknya juga menjadi penyemangat bagi Laras untuk tidak menyia-nyiakan waktu studinya di Fakultas Hukum. Maklum, bapak Laras hanya tamat SMP, sedangkan ibunya tidak tamat SD. Selain kuliah, Laras aktif di beberapa organisasi. Ia adalah Kepala Departemen Kajian Strategis Dema Justicia Fakultas Hukum, Menteri Kajian Strategis BEM KM UGM (2010), dan peneliti PUKAT FH UGM.
Tidak menyerah dengan kondisi keluarganya yang miskin, Laras pun rajin mencari beasiswa selama studi. Hasilnya tidak sia-sia. Ia mendapatkan beberapa beasiswa yang menyediakan bantuan biaya pendidikan hingga uang jajan.
Sama halnya dengan Donna, Laras mengaku dengan nilai IPK 4,00 tidak serta-merta membuat dirinya berpuas diri. Bahkan, dia sudah siap mencari beasiswa untuk melanjutkan studi S2. Menjadi dosen di Fakultas Hukum rupanya kini menjadi angan-angannya.
“Dari Fakultas Hukum inilah lahir para penegak hukum yang kiprahnya dinanti masyarakat luas,â€tegas pengarang buku Belajar Merawat Indonesia tersebut.
Dari Tidak Berminat Sampai Akhirnya Mencintai
Mahasiswi ketiga yang juga memperoleh nilai IPK 4,00 yaitu Fani Phisca P. Dari ketiga mahasiswi ini, Fani lah yang pada awalnya tidak berminat masuk ke Fakultas Hukum UGM. Namun, ayah Fani saat itu menyarankannya untuk kuliah di Fakultas Hukum agar menjadi aparat penegak hukum. Maka, atas saran ayahnya itulah akhirnya ia memasukan Fakultas Hukum sebagai salah satu pilihan.
“Ya, akhirnya berjodoh karena diterima di Fakultas Hukum UGM,â€kata Fani mengawali perbincangan.
Setelah diterima di Fakultas Hukum UGM itulah perlahan Fani mulai belajar mencintai ilmu hukum. Menurut Fani ketika kita sudah terjun dan menekuni sesuatu maka kita harus fokus dan mencintainya. Inilah yang diterapkannya selama studi yaitu fokus pada tujuan utama yaitu kuliah dan meraih prestasi semaksimal mungkin serta menikmati proses belajar sebaik-baiknya.
“Bagi saya proses itu penting, proses yang baik akan memberikan hasil yang baik pula,â€kata gadis kelahiran Purbalingga, 2 Juni 1991 ini.
Fani termasuk mahasiswi yang cukup serius selama kuliah. Untuk sukses studi menurut Fani hanya dengan membaca materi sebelum ujian saja tidak cukup. Seringkali banyak hal yang dilupakan, karena kita hanya menghafal saja. Tetapi ketika kita serius dalam perkuliahan, kita akan memahami betul materi yang disampaikan dan itu akan jauh lebih bermanfaat.
“Ini bedanya konsep antara hapal dengan paham,â€tutur Fani.
Sama halnya Laras, Fani ternyata cukup rajin mengikuti tayangan televisi dan membaca koran yang banyak mengulas tentang hukum di Indonesia. Tidak berhenti di situ saja karena diskusi persoalan hukum dengan ayahnya ketika di rumah cukup membantu dirinya paham serba-serbi hukum di Indonesia.
Meskipun Fani cukup serius selama studi, kegiatan organisasi di luar dan kegiatan kursus lain tetap diikutinya. Hanya saja menurut Fani, dia harus pandai-pandai dalam membuat skala prioritas dan membagi waktu antara kuliah dan berorganisasi.
“Mana paling penting, ketika kegiatan organisasi mendesak, tidak bisa ditinggal dan ditunda, ya sesekali saya mementingkan organisasi, tapi hanya sesekali saja, yang paling utama tetap kuliah,â€pungkas gadis yang bercita-cita menjadi jaksa itu (Humas UGM/Satria AN)