Fakultas Biologi UGM melalui Laboratorium Bioteknologi saat ini tengah merintis pengembangan Gama Anggrek. Gama Anggrek ini merupakan hasil persilangan dari berbagai jenis anggrek alam di Indonesia. Salah satunya yaitu persilangan anggrek jenis Vanda tricolor yang ada di lereng Gunung Merapi dengan Vanda limbata yang bisa dijumpai di Nusa Tenggara.
Kepala Laboratorium Bioteknologi Fakultas Biologi UGM, Dr.rer.nat. Ari Indrianto, S.U. menjelaskan bahwa nantinya pengembangan Gama Anggrek ini akan dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Biologi serta Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM. Menurut Ari pengembangan persilangan jenis anggrek ini dilakukan dengan model botolan maupun kompotan (komonitas pot).
“Indonesia ini kaya dengan berbagai jenis anggrek alam seperti jenis Vanda tricolor dan Vanda limbata,â€ujar Ari di sela-sela penandatanganan kontrak dan presentasi proposal incubation research di Fakultas Biologi, Selasa (14/2). Dalam presentasi tersebut Ari didampingi oleh peneliti lainnya yaitu Aries Bagus Sasongko, S.Si., M.Biotech. Incubation research ini merupakan salah satu program dari Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE).
Ari selaku penerima hibah incubation research menambahkan sebagian masyarakat tidak tertarik dengan pengembangan anggrek alam karena kurang indah. Padahal, anggrek alam di sisi lain memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan anggrek hibrida yaitu baunya yang lebih wangi serta perhiasan bunganya yang tebal sehingga lebih awet dan tidak mudah layu.
“Sebagian kalangan menilai anggrek alam bentuk dan warnanya tidak indah. Padahal masih ada keunggulan lain dari jenis anggrek ini seperti pada perhiasan bunga dan baunya yang wangi,â€imbuh Ari.
Menurut Ari pembuatan bibit anggrek alam dalam botol belum mendapat perhatian khusus di masyarakat padahal kebutuhannya sangat mendesak. Kondisi ini menghasilkan suatu peluang agrobisnis yang menggiurkan. Di sisi lain penyediaan bibit anggrek alam hasil budidaya dapat menurunkan ketergantungan masyarakat pada anggrek alam di habitatnya sehingga akan mempertahankan kelestarian anggrek alam.
“Nah, pembuatan kemasan sebagai wadah bibit anggrek botolan yang dirancang secara menarik namun tetap mempertimbangkan faktor-faktor utama penunjang kehidupan bibit anggrek botolan diharapkan semakin meningkatkan ketertarikan masyarakat awam pada bibit anggrek alam botolan,â€kata lulusan doktor dari Vienna University, Austria itu.
Sementara itu Direktur Eksekutif I-MHERE UGM, Dr. Ir. Cahyono Agus Dwi Koranto, M.Agr.Sc., berharap agar berbagai riset yang telah dilakukan tersebut nantinya bisa memberikan manfaat kepada masyarakat serta bernilai jual. Selain itu riset-riset yang telah ada diharapkan bisa dipublikasikan pada jurnal internasional termasuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi lain.
“Jangan sampai hasil riset itu menumpuk di rak buku tapi ada manfaat riil dan bernilai jual. Gandeng perguruan tinggi di tingkat internasional untuk riset kolaborasi,â€kata Cahyono.
Seperti diketahui tumbuhan anggrek yang tergolong dalam familia Orchidaceae telah lama dikenal oleh masyarakat luas, baik sebagai tanaman hias maupun bunga potong. Di dunia ini, diperkirakan terdapat sekitar 20.000 jenis anggrek dan sebagian tersebar di daerah tropis. Di kepulauan Indonesia, diperkirakan terdapat kurang lebih 5.000 jenis anggrek yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dengan demikian, Indonesia sebagai negara tropis merupakan negara yang mempunyai jenis anggrek terkaya di dunia (Humas UGM/Satria AN)