
YOGYAKARTA – Biasanya pagelaran wayang dipentaskan pada malam hari. Tapi kali ini tidak, wayang justru dipentaskan di siang hari disela-sela acara seminar. Dalang yang diundang pun tidak sembarangan. Yakni Sudjiwotedjo yang dikenal selalu melemparkan kritik sosial dalam setiap pementasannya.
Kali ini dia melemparkan kritik kepada pemerintah yang menurutnya kurang banyak memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. “Sekarang tidak ada lagi istilah sedikit bicara banyak kerja, tapi harus banyak kerja dan bicara, dan semuanya itu tetap berisi. Ini ajaran Bung Karno, lho. Ya, ngomong, ya kerja,†kata pria kelahiran Jember ini di University Club, Rabu (25/1).
dalam pementasan lakon ceritanya, Sujiwo Tejo menyampaikan keprihatinannya bahwa generasi muda sekarang semakin enggan menonton wayang. Padahal dalam pementasan wayang menyampaikan pesan nilai-nilai dan ajaran moral yang baik yang digali dari kebudayaan sendiri. “Tidak ada remaja yang suka wayang seperti yang kupentaskan, kecuali wayang OVJ,†imbuhnya.
Dekan Filsafat UGM Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., mengatakan wayang merupakan media yang bisa menyampaikan kritik sosial sekaligus memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk selalu responsif terhadap berbagai permasalahan sosial. “Wayang masih sebagai sebuah media yang cukup efektif menyampaikan pesan pendidikan,†katanya.
Mukhtasar juga berpendapat dalam wayang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter. Karena itu, bisa digali untuk merespon kebutuhan pemerintah merumuskan pendidikan karakter yang bisa diaplikasikan dalam setiap jenjang pendidikan. “Fakultas filsafat siap memberikan rumusan pendidikan karakter. Selain lewat kebudayaan, agama, dan ideologi. Karakter itu bisa diteladani dari media wayang ini,†katanya.
Seminar ‘Kajian Kehidupan dan Filsafat Wayang: Konsep dan Aplikasinya bagi Bangsa dan Kemanusiaan’ yang digelar Program Pascasarjana Ilmu Filsafat UGM, Yayasan Kertagama dan DPH Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi) ini menghadirkan pembicara dosen Fakultas Filsafat UGM Drs Slamet Sutrisno MSi, P Hardono Hadi, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Dr Musa Asy’arie dan Ketua Yayasan Kertagama Sri Teddy Rusdy.
Ketua Senawangi Drs. Solichin mengatakan, pergelaran wayang secara simbolik mengandung tujuh unsur budaya universal itu. Termasuk gambaran simbolis ilmu pengetahuan dan teknologi. Wayang kaya sekali kandungan iptek yang ditampilkan dalam bentuk symbol. Jejak iptek dapat dilacak dari adanya pertapan atau padepokan
Prof. Dr. Musa Asy’arie mengatakan, karya seni wayang sarat muatan nilai simbolik dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Di dalamnya terdapat fisafat dan pandangan hidup yang menembus dan melintasi batas agama, budaya dan kearifan lokal dan selalu terbuka untuk ditafsirkan oleh semua kalangan agama, budaya dan komunitas sosial.
“Karena itu hampir semua agama dan komunitas sosial budaya masyarakat sesungguhnya dapat menyumbangkan nilai-nilai ajarannya dalam simbolisme wayang dan dapat menperkaya pemaknaaannya,†ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)