Dinamika perubahan jaman yang berlangsung di seluruh belahan dunia yang ditandai dengan era globalisasi telah merubah berbagai sendi-sendi kehidupan dan peradaban umat manusia. Kompetisi, perebutan akses sumberdaya dan konflik saling mewarnai keseharian kehidupan. Secara ideal mestinya kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan, teknologi dan etika serta moralitas dalam hubungan manusia mampu menyatukan umat manusia untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Sayang, dalam praktek ternyata tidak mudah dan justru pola diversitas dan konflik semakin menonjol.
Demikian yang mengemuka saat berlangsung Bedah Buku The Dancing Leader (TDL) di Perpustakaan UGM Unit 3, Lt.3, Rabu (14/12). Acara bedah buku yang dibuka Rektor, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D, ini guna merespon dinamika perubahan dunia yang sangat cepat dalam segala bidang. Oleh karena itu diperlukan para pemimpin yang visioner, pemimpin yang mampu membawa perubahan dunia pada kebaikan dan kemaslahatan bersama.
Buku tebal yang diterbitkan Universitas Pancasila bersama Penerbit Kompas merupakan himpunan tulisan 45 cendekiawan maupun beberapa ahli dar India dan China untuk menyumbangkan gagasannya agar dunia mampu membangun peradaban masa depan. Dengan berbagai keragaman keahlian para kontributor di bidang kepemimpinan, filsafat, ekonomi, budaya, politik, energi, pertanian dan pangan, kewirausahaan dan lain-lain diharapkan mampu menjadikan buku ini secara komprehensif menginspirasi para pemimpin dan calon pemimpin membangun visi menuju kebangkitan dan kejayaan umat manusia.
Dr. Singgih Hawibowo sebagai salah satu pembedah mengatakan buku himpunan 45 penulis sangat beraneka ragam, mulai dari pandangan hidup, budaya hingga berbagai keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. “Buku ini merupakan tindak lanjut dari buku Revitalisasi Pertanian. Meski terancam punah, buku ini berisi berbagai ulasan mengenai keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia,” katanya.
Singgih berharap dari berbagai tulisan yang ada dibuku ini diharapkan mampu mmeperluas cakrawala pandang para calon pemimpin dan pemimpin saat ini. Dengan budaya yang berbeda, mereka diharapkan melakukan “thinking out of the box”. “Yaitu mencari alternatif penyelesaian, dari berbagai kearifan kuno berupa cerita-cerita mereka bisa keluar dari kungkungan,” ungkap Singgih.
Turut sumbang saran dalam bedah buku kali ini, Jusuf Sutanto selaku editor buku, Prof. Komarudin Hidayat (UIN, Kontributor), Dr. Sindung Cahyadi (Pusat Syudi Pancasila UGM), Subejo, Ph.D (Fakultas Pertanian UGM, Kontributor) dengan bertindak selaku moderator Drs. Suryo Baskoro, M.S. (Humas UGM/ Agung)