Dalam usaha ternak sapi potong ketersediaan pakan hijauan secara kontinu pada musim kemarau masih saja menjadi kendala tersendiri. Berbagai upaya penyediaan hijauan pakan ternak sapi potong telah banyak dilakukan dengan pemanfaatan sisa hasil dan industri pertanian. Meskipun demikian ketersediaan pakan masih terbatas di lokasi-lokasi tertentu.
Peneliti BPTP DIY, Soeharsono, S.Pt., M.Si., mengatakan di daerah lahan kering seperti Gunung Kidul, masih saja terjadi kekurangan pakan dari tahun ke tahun di musim kemarau. Hal ini terjadi karena saat musim panen raya pada musim tanam pertama petani lebih terkonsentrasi pada pengelolaan tanaman pangan kedua. Pengelolaan hijuan maupun sisa hasil pertanian untuk persediaaan pakan seringkali diabaikan yang mengakibatkan terjadinya kekurangan pakan .
“ Untuk memenuhi kebutuhan pakan hijaun dimusim kemarau petani Gungung Kidul selalu mendatangkan dari luar daerah yang berupa tebon jagung segar,†ungkapnya Rabu (14/12) saat menjalankan ujian terbuka program doktor di Fakultas Peternakan UGM.
Rata-rata setiap harinya para petani mendatangkan tebon jagung segar 75-150 truk atau sekitar 4.000 kilogram per truk. Harga tebon jagung berkisar Rp. 250,- per kilogram. Setiap harinya membutuhkan investasi sebesar Rp. 75 ribu sampai Rp. 150 ribu rupiah. “Tingginya investasi pakan tersebut menyebabkan sistem usaha ternak sapi potong di daerah itu selalu merugi,†tegasnya.
Melihat kondisi tersebut Soeharsono tergerak melakukan penlitian yang hasilnya diharapkan mampu memberikan alternatif solusi terhadap permasalahan kekurangan pakan. Dalam hal ini Soeharsono memanfaatkan bahan pangan lokal yang keberadaanya cukup melimpah di Gunung Kidul yaitu ubi kayu. Pada panen raya bertepatan dengan musim kemarau ubi kayu biasanya hanya dijual ke derah luar dengan harga rendah antara Rp. 800-1.200,- per kilogramnya.
“Untuk meningkatkan nilai tambah ubi kayu saat panen raya, perlu diolah menjadi pakan untuk mendukung ketersediaan pakan ternak sapi potong sehingga terbentuk protein hewani asal ternak yang lebih efisien. Tanaman ubi kayu berpotensi dibuat hay sebagai sumber pakan alternatif,â€paparnya.
Dalam disertasi berjudul “Optimalisasi Pemanfaatan Tanaman Ubi Kayu dan Tongkol Jagung Dalam Ransum Sapi Potong†Soeharsono menyebutkan semua bagian tanaman ubi kayu dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Daun ubi kayu kering mengandung protein kasar sebesar 32,30%, batang kering 11,76%, dan umbi kering 2%. Penggabungan ketiga bagian tanaman ubi kayu sebagai sumber bahan pakan lokal mampu mencukupi kebutuhan protein untuk pertumbuhan mikrobia rumen.
Pemanfaatan ubi kayu sebagai pakan ternak , lanjutnya, telah banyak dilakukan. Namun penggunaannya dibatasi karena adanya sam sianida yang bersifat racun jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu dalam keadaan segar. Untuk dijadikan pakan, ubi kayu dicacah terlebih dahulu kemudian dikeringkan dengan sinar matahari sampai kandungan bahan kering 80-90%. Dengan pengeringan mampu menurunkan kadar asam sianida hingga 90% sehingga aman untuk pakan serta meningkatkan waktu simpan untuk persediaan di musim kemarau.
Selain ubi kayu, alternative pakan pengganti hijauan bisa digunakan tongkol jagung. Dalam tongkol jagung mengandung nutrient yang relatif sama dengan jerami padi dengan karakteristik kandungan nitrogen rendah, tingginya lignoselulosa dan defisensi mineral sehingga kecernaanya rendah. Pengolahan digunakan urea pada proses amoniasi tongkol jagung untuk menurunkan fraksi serat NDF dan peningkatan terhadap protein kasar serta kecernaanya.
Dituturkan Soeharsono, kombinasi tanaman ubi kayu dengan tongkol jagung amonisasi pada proses degradasi pada rumen berpengaruh positif terhadap degradasi pakan. Peningkatan penambahan olahan tanaman ubi kayu sebesar 80% dan tongkol jagung 20% pada ranbsum sapi poong PO menyebabkan peningkatan total konsumsi bahan kering pakan. Selain itu peningkatan penambahan olahan keduanya secara parsial menyebabkan konsumsi jerami padi menurun dan tidak berpengaruh pada konsumsi konsentrat. “Konsumsi ubi kayu dan tongkol jagung secara kualitas diatas jerami padi dan mampu menggantikan konsumsi jerami padi hingga 85%,†terangnya.
Hasil penelitian lainnya juga memperlihatkan bahwa peningkatan konsumsi pakan olahan ubi kayu dengan tongkol jagung mampu meningkatkan energi intake sehingga menyebabkan peningkatan bobot badan harian sapi potong PO secara kuadratik. Penambahan pakan olahan tersebut sampai level 4,5% W0,75 dapat meningkatkan bobot badan harian sebesar 47,45% dan menurunkan konversi pakan sebesar 35,47%. (Humas UGM/Ika)