YOGYAKARTA-Mengenyam pendidikan dokter di beberapa perguruan tinggi di Indonesia selama ini dinilai sebagian kalangan memerlukan biaya yang cukup besar. Seolah-olah hanya orang kaya saja yang nantinya bisa menjadi dokter. Padahal, jika menilik sejarahnya pendidikan dokter maupun praktek dokter di Indonesia selalu berlandaskan humanisme bukan berdasarkan bisnis (ekonomi). Hal inilah yang menegaskan bahwa belajar sejarah kedokteran merupakan hal yang sangat penting untuk bisa menggali lagi pengetahuan sejarah kedokteran yang bermanfaat sebagai sumber pembelajaran nilai-nilai keteladanan dan keluhuran para tokoh pendahulu bangsa.
“Mahalnya biaya pendidikan dokter tak lepas dari pengaruh globalisasi. Maka belajar sejarah pendidikan dokter merupakan hal yang sangat penting untuk bisa mengumpulkan dan menggali sejarah serta perkembangan ilmu kedokteran tersebut,â€urai Prof.Dr.Sutaryo, Sp.A(K), di sela-sela persiapan Kongres 1 Perhimpunan Sejarah Kedokteran Indonesia (PERSEKIN), di Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Selasa (22/11). Dalam kesempatan tersebut Sutaryo didampingi oleh staf pengajar jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Drs. Arif Akhyat, M.A. dan Baha`uddin, S.S., M.Hum.
Mengingat pentingnya sejarah untuk proses pembangunan bangsa, Perhimpunan Sejarah Kedokteran Indonesia (PERSEKIN) berusaha menjembatani peran sejarah kedokteran tersebut dengan menggelar Kongres 1-nya yang mengangkat tema “Membangun Karakter Dokter dan Bangsa Indonesia melalui Sejarah Kedokteran†pada 26-27 November 2011 di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM.
“Sedikitnya lebih dari 150 peserta baik dari dokter, sejarawan, antropologi, dekan fakultas kedokteran, direktur rumah sakit dll akan ikut dalam acara itu,â€urai Sutaryo yang menjabat sebagai ketua panitia kongres.
Sementara itu dosen Jurusan Ilmu Sejarah FIB Baha`uddin, S.S., M.Hum. menerangkan bahwa pendidikan dokter Indonesia dimulai dengan berdirinya Sekolah Dokter Jawa tahun 1849. Sekolah ini merupakan sistem pendidikan modern tertua di Asia. Jepang baru memulai tahun 1863, Cina tahun 1866, dan Filipina tahun 1871.
Awalnya sekolah ini didirikan sebagai upaya mengatasi wabah penyakit yang berimbas pada kerugian ekonomi negara. Ketika itu, biaya pendidikan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah Hindia Belanda,â€kata Baha`uddin.
Terkait acara kongres Arif Akhyat menjelaskan beberapa materi yang akan dibahas dalam acara tersebut antara lain mulai dari sejarah kedokteran, metodologi penelitian sejarah kedokteran, masa depan kedokteran, hingga sejarah para perintis kedokteran Indonesia. Menurut Arif peran ilmuwan kedokteran Indonesia di bidang kesehatan tidak bisa dipandang sebelah mata dan dibandingkan dengan ilmuwan/dokter dari luar negeri.
“Ide besar dokter-dokter Indonesia tidak kalah dengan dokter di luar negeri,â€jelas Arif.
PERSEKIN didirikan di Jakarta, tanggal 23 Januari 2009, dimana pendirinya antara lain dr.Kartono Mohamad, Dr.dr.Rusdhy Hoesein, Prof.dr.Firman Lubis, dr. Doddy P.Partomiharjo dll. Organisasi PERSEKIN bersifat nirlaba dan bertujuan untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang sejarah kedokteran, khususnya di Indonesia (Humas UGM/Satria AN)