YOGYAKARTA-Maraknya gated community (masyarakat pagar) di berbagai kota diperkirakan akan memunculkan kesenjangan sosial yang semakin terbuka. Selain kesenjangan sosial, munculnya masyarakat pagar juga rawan menimbulkan tindak kriminalitas, bahkan konflik sosial.
Sosiolog UGM, Prof. Dr. Sunyoto Usman, M.A., mengatakan dengan merebaknya komunitas masyarakat pagar, seperti perumahan-perumahan elit dengan tembok tinggi dan terkesan tertutup, akan menciptakan kecemburuan sosial dengan masyarakat di luar perumahan. “Akan memunculkan konflik sosial, kesenjangan, kecemburuan, hingga kriminalitas,†kata Sunyoto ketika berbicara pada The3rd International Graduate Student Conference on Indonesia (IGSC) bertemakan Indonesian Urban Cultures and Societies di Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (8/11).
Sunyoto mengatakan merebaknya gated community ini antara lain disebabkan kebijakan pemerintah yang memberikan ijin maupun rekomendasi kepada sektor swasta dalam penguasaan tata ruang. Dengan kondisi tersebut maka Sunyoto menilai problem sosial kota-kota di Indonesia akan semakin berat. Kondisi di Indonesia, kata Sunyoto, berbeda dengan di luar negeri yang masyarakatnya pada kondisi ekonomi yang sejajar.
“Meskipun di luar negeri juga marak perumahan-perumahan elit tapi masyarakatnya pada strata ekonomi yang tidak jauh berbeda. Berbeda dengan Indonesia yang masih terbuka kesenjangan antara yang kaya dan miskin,â€katanya.
Keberadaan perumahan-perumahan elit yang terkesan tertutup ini selain akan menjauhkan dari lingkungan masyarakat sekitar juga akan sulit dikontrol. Akibatnya, bisa jadi aktifitas negatif seperti peredaran obat-obat terlarang hingga terorisme tidak terpantau. Di sisi lain anak-anak di dalam perumahan pun akan menjadi tertutup dan sulit untuk bergaul secara leluasa dengan masyarakat di luar perumahan.
“Bagaimana Kepala Dusun atau perangkat lain bisa memantau kondisi di dalamnya kalau tertutup seperti itu,â€kata guru besar UGM itu.
Untuk menanggulangi problem tersebut maka pemerintah perlu meninjau kembali pemberian ijin pendirian perumahan elit yang selama ini relatif mudah atau jika perlu dihentikan. Di samping itu perlu dibuat pula kelompok atau kegiatan sosial yang bisa menjembatani masyarakat di dalam perumahan dengan masyarakat di luar perumahan. Kegiatan yang bisa dilakukan antara lain bisa diwujudkan melalui kegiatan keagamaan dll.
Sementara itu steering committee IGSC, Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA menjelaskan bahwa acara yang digelar selama dua hari (8-9 Nopember) itu diikuti lebih dari 100 peserta dengan 96 presenter yang membawakan materinya. Para peserta tersebut berasal dari dalam maupun luar negeri seperti AS, Jerman, dan Jepang (Humas UGM/Satria AN)