Ketertarikan Swedia terhadap Indonesia terus meningkat, terutama dengan membaiknya performa Indonesia pada dekade terakhir, baik dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi maupun demokrasi. Beberapa kelompok investor memiliki peran cukup besar dalam berbagai perusahaan besar di Swedia, seperti Atlas Copco, SEB, ABB, AstraZeneca, Ericsson, Electrolux, Husqvarna, NASDAQ OMX, Saab dan Sobi serta Mölnlycke Health Care, Aleris dan Grand Hôtel.
Pergerakan bisnis para investor ini terbentuk melalui 2 area bisnis, yaitu Core Investments dan Financial Investments. Core Investments mewakili investor mayoritas seperti yang disebutkan sebelumnya, sementara yang kedua terdiri atas aset-aset parsial yang dimiliki Lindorff, Gambro, 3 Scandinavia, Kunskapsskolan, SamSari Act Group, serta investasi di EQT Funds.
Terkait dengan kegiatan investasi Swedia ini, Swedish Trade Council beserta 20 perwakilan perusahaan Swedia yang tergabung dalam Novare Academy, melakukan kunjungan ke Institute of International Studies, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Dalam kunjungan itu, rombongan diterima Dekan Fisipol, Prof. Dr. Pratikno, didampingi penasehat Institute of International Studies, Prof. Dr. Mohtar Mas’oed, di fakultas setempat, Jumat (22/10).
Dari kunjungan ini, 20 perwakilan perusahaan Swedia yang tergabung dalam Novare Academy berharap mendapatkan pengalaman serta pelajaran mengenai dinamika kehidupan bisnis Indonesia, khususnya Yogyakarta. Mereka juga berharap untuk mendapatkan pengetahuan mengenai tren terbaru bisnis di Indonesia serta memperluas jaringan mereka di Indonesia.
Mohtar Mas’oed, Guru Besar Hubungan Internasional Fisipol UGM, menjelaskan Novare Academy merupakan forum para investor Swedia yang kegiatannya difokuskan pada bertukar pengalaman dan ide tentang berbagai hal terkait bisnis, seperti manajemen bisnis. Mereka berasal dari berbagai perusahaan dan institusi dari bidang yang berbeda sehingga menjadikan forum ini dapat meningkatkan pengetahuan mereka melalui berbagai skema berbagi. “Kolaborasi keempat faktor inilah yang kemudian menjadi potensi signifikan bagi investasi di Indonesia,” katanya.
Meski begitu, masih ada tantangan lain berupa korupsi dan masalah infrastruktur di Indonesia dan berbagai kebijakan ekonomi makro di Indonesia yang belum merata. “Meskipun dalam hal ini Indonesia tetap memiliki potensi yang signifikan dalam hal investasi,” imbuhnya, yang dalam pertemuan ini secara panjang lebar menjelaskan berbagai kondisi Indonesia terkini melalui pendekatan 4 P, People, Place, Productivity, Politics. (Humas UGM/ Agung)