Indonesian Nano-Satellite Platform Initiative for Research & Education (INSPIRE) merupakan suatu inisiatif proyek nir-laba yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan platform teknologi satelit (nano-satelit, khususnya) di kalangan perguruan tinggi di Indonesia, yakni dengan menempatkan mahasiswa sebagai motor/penggerak utama.
Proyek INSPIRE dibentuk karena Indonesia sudah cukup tertinggal dari negara-negara maju dalam bidang teknologi satelit. Sementara itu, platform teknologi ini sesungguhnya diharapkan mampu menunjang sektor lain, seperti telekomunikasi, navigasi, kelautan, lingkungan hidup, eksplorasi sumber daya alam, dan peringatan dini bencana.
Menurut Tri Kuntoro Priyambodo, embrio INSPIRE bermula pada akhir tahun 2008. Tim Inasat-1 LAPAN (Gunawan S. Prabowo, Ery F, Widodo, dkk.) bersama dengan FMIPA UGM (Agfianto E.P., Kuwat Triyana, Tri Kuntoro Priyambodo, Iqbal), Departemen Teknik Elektro UI (M. Asvial), dan Aeronoutika ITB (Ridanto E.P.) membentuk konsorsium dengan nama Inter University Satelite-1 atau disingkat dengan liNUSAT-1 di Universitas Gadjah Mada.
Pada bulan November 2009, mahasiswa yang tergabung dalam PII di TU Deflt (Dedy Wicaksono, Aryo Primagati, dan Dwi Hartanto) membentuk INSPIRE (Indonesian Nano-Satellite Platform Initiative for Research & Education). Atas prakarsa Politeknik Negeri Surabaya (PENS) dan ITS (Son Kuswadi, Endra Pitowarno, Dedet), digelar workshop menyatukan dua program sekaligus menjadi satu, yakni Program INSPIRE dengan riil-project berupa pengembangan satelit nano dengan nama Indonesian Inter University Satellite-1 (liNUSAT-1). “Program ini pun mendapat dukungan fasilitas Direktur P2M Dikti dan pada awal tahun 2010, Prof. Gamatyo dkk. dari ITS mulai bergabung,” kata Tri Kuntoro dalam Seminar “INSPIRE-liNUSAT-1, Nano-Satelit Perdana di Indonesia”, Kamis (13/10) di GSP UGM.
Dalam perkembangannya, pada awal 2010 digelar workshop nanosat di STT Telkom. Sejak itu, mulai bergabung personil-personil dari PT DI (Suseno) dan STT Telkom (Arifin Nugroho dkk.) secara perseorangan. Pada tahun yang sama, atas biaya DP2M, digelar dua kali workshop Mission Aanalysis dan Desain Awal liNUSAT-1.
Saat menjadi pembicara pada rangkaian Research Week UGM ini, Tri berharap melalui proyek INSPIRE dapat menggalang, memberikan media, alih pengetahuan dan keterampilan serta menumbuhkan minat untuk mengembangkan teknologi satelit (khususnya nano-satelit) di kalangan mahasiswa, dengan perguruan tinggi sebagai wadah dari pusat kegiatan proyek nano-satelit mahasiswa.
Tujuan akhir proyek ini tentu saja tidak hanya berhenti pada hal yang terkait dengan nano-satelit di kalangan perguruan tinggi dan mahasiswa, tetapi diharapkan akan dapat memajukan dunia persatelitan di Indonesia karena teknologi ini sangat vital keberadaannya, baik di lingkungan riset akademik maupun teknologi industri (telekomunikasi dan informatika). “Proyek INSPIRE ini terdiri dari beberapa tim untuk masing-masing subsistem, di antaranya dari UI, ITB, PENS, ITS, dan tentu saja UGM serta LAPAN. Aktivitas mereka terbagi ke dalam tim masing-masing. Terkait proyek ini, UGM khusus menangani arah perancangan OBDH atau Onboard Data Handling,” katanya. (Humas UGM/ Agung)