YOGYAKARTA-Masih ingat SEMAR? Mobil SEMAR, mobil konsep dan buatan mahasiswa UGM yang ikut mengharumkan nama bangsa di kompetisi SHELL ECO MARATHON 2011 di Sepang Malaysia awal Juli lalu. Ironisnya, SEMAR PROTO yang menyabet the best technical innovation dan SEMAR URBAN yang menjadi juara 3 untuk kelas gasoline ini hampir 2,5 bulan ditahan di Bea Cukai Jakarta.
Akibatnya, tim SEMAR diwajibkan membayar sekitar 35 juta rupiah untuk biaya sewa gudang dan kontainer. Tim UGM yang patungan menyewa 2 container dengan ITS dan UI harus membayar sekitar 120 juta akibat lambatnya proses di Bea Cukai. Ujung-ujungnya, biaya sewa harus ditanggung oleh mahasiswa. “Bayangkan bila ada 5 universitas (UGM, ITS, UI, ITB, dan POLNEP) yang mobilnya tertahan, berapa besar dana yang harus dikeluarkan mahasiswa yang notabene sudah mengharumkan nama bangsa? Dengan tambahan biaya sewa gudang dan container sebesar 35 juta, tim SEMAR harus membayar 110 juta hanya untuk pengiriman 2 mobil semar.†ujar Alfian Fisa, Ketua Tim SEMAR, dalam rilisnya, Rabu (12/10).
Mobil SEMAR sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak akhir Juli 2011, tetapi karena proses di Bea Cukai lambat, apalagi bertepatan dengan bulan puasa dan lebaran, sehingga dokumen-dokumen tidak diproses. Akibatnya, seiring dengan berjalannya waktu, biaya sewa container dan sewa gudang pun membengkak. “Saya tidak tahu kenapa proses di Bea Cukai berbelit-belit. Mungkin SEMAR dianggap barang komersial dan mewah,†ucap Alfian menambahkan.
Sementara itu, pembimbing tim SEMAR, Dr. Jayan Sentanuhady, mengatakan mobil-mobil SEMAR tersebut merupakan bagian dari penelitian skripsi mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM. Akibat tertahannya mobil SEMAR ini, mahasiswa harus tertunda kelulusannya karena bahan penelitiannya masih ditahan Bea Cukai. “Ada 4 mahasiswa bimbingan saya yang skripsinya berkaitan dengan mesin mobil SEMAR sehingga tertunda kelulusannya. Bahkan, dua dari mahasiswa tersebut sudah diterima kerja di perusahaan†ujar Jayan.
Lebih lanjut Jayan mengungkapkan keinginannya agar Bea Cukai tidak menahan mobil SEMAR terlalu lama dan tidak membebankan biaya tinggi, yang bukan kesalahan dari mahasiswa. Ia menegaskan meskipun mobil SEMAR sarat dengan inovasi-inovasi terkini, tetapi mobil SEMAR adalah mobil kompetisi mahasiswa, bukan mobil sport mewah yang diimpor dari Italia.
Jayan menjelaskan kasus ini sebenarnya bukan yang pertama kali. Tahun 2010 lalu, tim SEMAR harus mengeluarkan uang tambahan sekitar 30 juta untuk mengeluarkan mobil SEMAR dari Bea Cukai. Selain itu data dari SHELL, hampir semua universitas yang mengikuti Shell Eco Marathon 2011 di Sepang, Malaysia, sudah menerima mobil-mobil kompetisinya pertengahan Agustus 2011. Namun, di Indonesia malah dijadikan komoditi bisnis. “Bagaimana negara ini mau maju, bila barang kompetisi mahasiswa ditahan berbulan-bulan?†tutup Jayan. (Humas UGM/Satria AN)