Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian, seorang individu dapat mengecap kebahagiaan hidupnya dan memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat.
Demikian dikatakan Dr. Tina Afiatin, staf pengajar Fakultas Psikologi UGM, dalam kegiatan Bimbingan Konseling bagi Dosen, Mahasiswa, dan Tenaga Kependidikan untuk Menjadi Konsenlor di Tingkat Fakultas, Senin (10/10). Menurutnya, pelayanan bimbingan bertujuan agar sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin perkembangan dirinya seoptimal mungkin dan memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya. Selain itu, agar individu mampu menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita mewujudkan semua potensi yang baik padanya. “Di samping itu, ia mampu menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan,” terangnya di Ruang Multimedia UGM.
Dijelaskan bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok bimbingan dalam upaya membantu individu secara tatap muka dengan tujuan agar individu dapat mengambil tanggung jawab terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Kegiatan konseling selalu menyangkut suatu pertemuan tatap muka yang bersifat rahasia, yang di dalamnya dibicarakan suatu masalah aktual yang sedang dihadapi klien. Pemecahan masalah akan dicari secara bersama dengan mengambil suatu pilihan di antara beberapa alternatif atau suatu tindakan penyesuaian diri. “Pilihan mana yang akan dibuat dan tindakan penyesuaian diri yang bagaimana yang akan diambil menjadi hak dan kewajiban konseling sendiri,” jelas Tina Afiatin.
Olej karena itu, dalam konseling selalu ada proses dan tatap muka. Dengan aspek proses ini, klien mengalami suatu rangkaian dari saat masalah disadari, diungkapkan, dan belum ada penyelesaiannya hingga saat-saat masalah terpecahkan secara memuaskan. “Rangkaian perubahan dalam diri individu ini biasanya mengikuti urutan, mengungkapkan masalah secara tuntas, melihat inti masalah dengan jelas, menyadari semua reaksi dalam alam perasaan terhadap masalah secara lebih utuh, menghadapi masalah dengan pikiran bening, lebih rasional, dan menemukan penyelesaian secara memuaskan,” ujarnya.
Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., di hadapan 40 peserta bimbingan menambahkan dibutuhkan tiga syarat untuk menuju bangsa yang maju. Selain terkait dengan kemandirian bangsa, dibutuhkan pula daya saing bangsa dan membangun peradaban yang unggul dan mulia. Syarat lain untuk mendukung sebagai negara yang maju dan unggul adalah moral, berakhlak, dan berperilaku baik. “Di samping itu juga harus cerdas dan berpengetahuan, inovatif, kejar kemajuan, kerja keras, semangat, dan cinta tanah air,” tuturnya. (Humas UGM/ Agung)