YOGYAKARTA – Suasana duka menyelimuti keluarga Triani Puji Irianti (49). Rumahnya di Kelurahan Klitren, Terban, Yogyakarta, didatangi oleh para pelayat. Ibu dua anak ini masih tergeletak lemah di tempat tidur. Ia masih shock menerima kenyataan bahwa anak bungsunya, Agatha Pinasthika Wikandari, harus meregang nyawa pada Rabu siang (5/10). Setelah lima hari bertarung dengan maut, pascaoperasi otak belakang di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Triani berkisah peristiwa naas itu terjadi pada Jumat pagi (30/9). Sebelumnya, si bungsu berpamitan seraya memberi tahu akan ikut malam keakraban di Imogiri bersama dengan teman-temannya. Jajanan pasar dan makanan ringan pun sudah disiapkan sebagai bekal selama perjalanan. Sambil mencium tangan sang ibu, Wikandari berucap jika hari itu ia tidak pulang ke rumah sehingga ibunya tidak usah khawatir. “Bu, saya pamitan, nanti malam nggak pulang,†katanya saat itu.
Wikandari kemudian berlalu menuntun sepedanya menyusuri gang-gang sempit. Saat tiba di Jalan Cik Ditiro, ketika akan menyeberang, tiba-tiba sebuah bus menambrak Wikandari. Ia terjatuh. Kepalanya membentur aspal jalan. Darah berceceran dari belakang kepalanya. Gadis ini pun langsung dibawa ke Rumah Sakit Panti Rapih hingga akhirnya koma selama 5 hari. Rabu (5/10) siang, nyawanya tak tertolong lagi.
Sang ibu tidak menyangka jika anaknya akan pergi secepat itu. Pertemuan Jumat pagi itu ternyata menjadi perjumpaan terakhir dengan si anak. “Dia itu baru senang-senangnya kuliah,†kenangnya. Namun, Tuhan berkehendak lain. Kebahagiaan Triani setelah anaknya diterima kuliah di UGM harus diuji dengan kepergian sang anak untuk selama-lamanya. Padahal, belum genap lima tahun Triani menjadi single parent setelah ditinggal mati suami tercinta.
Wikandari merupakan mahasiswa baru Jurusan Statistika FMIPA UGM tahun 2011. Sesuai dengan aturan yang berlaku di UGM, mahasiswa baru dilarang membawa kendaraan bermotor ke dalam kampus. Banyak dari mahasiswa baru yang datang berangkat ke kampus dengan naik bus kota atau mengayuh sepeda onthel. Salah satunya adalah Wikandari.
Berita tentang kepergiannya menyebar ke seluruh mahasiswa FMIPA UGM. Puluhan mahasiswa tampak berduyun-duyun menengok jasadnya yang terbaring kaku di dalam peti. Semua memanjatkan doa, semoga diterima di sisi-Nya. Amin! (Humas UGM/Gusti Grehenson)