
Fakultas Kedokteran UGM kembali mengambil sumpah 73 Ners baru. Sebanyak 73 Ners baru ini terdiri 7 pria dan 66 wanita. Sehingga dengan pengambilan sumpah ke-20, ini Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK), FK UGM berhasil meluluskan 1218 Ners.
Upacara sumpah dan pelantikan Ners baru dipimpin Dekan, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., di Auditorium FK UGM, Selasa (20/9). Pelantikan terasa istimewa mengingat pada periode ini PSIK berhasil meluluskan Ners baru dengan IPK memuaskan diatas 3. Sementara IPK tertinggi 4.00 diraih Fina Noviliya, S.Kep, dan lulusan termuda diraih Tri Gustin Rahayu, S.Kep, yang berhasil lulus dalam usia 22 tahun 0 bulan 21 hari.
“Apresiasi juga layak disampaikan kepada Yeremian Limpa, S.Kep, yang masih memiliki semangat belajar tinggi dan berhasil lulus di usia 38 tahun 3 bulan,” ujar Fitri Haryanti., S.Kep., M.Kes, Kepala Bagian Ilmu Keperawatan UGM dalam sambutannya.
Dekan FK berharap dengan pelantikan Ners baru bukan berarti pekerjaan telah selesai, namun justru menjadi tantangan sekaligus ujian Ners di masyarakat. Seberapa besar kontribusi profesi ners melayani tentu sangat ditunggu masyarakat. “Terlebih setelah FK UGM berhasil menduduki peringkat 21 Asia dan tertinggi di Indonesia, masyarakat sangat berharap peran para ners UGM dalam memberikan pelayanan terbaik,” tutur Ali Ghufron.
Ditandaskan profesi Ners merupakan garda terdepan dan sangat dibutuhkan masyarakat. Karenanya masa tunggu setelah pelantikan hanya 2 bulan. Bahkan beberapa Ners telah dipesan jauh sebelumnya. “Profesi ini sangat dibutuhkan. Saya yakin profesi dokter dan medis lainnya sulit berjalan tanpa ners,” tandasnya.
Ditingkat global kebutuhan Ners masih sangat tinggi. Taruhlah Jepang yang telah menandatangani MOU dengan Indonesia dan membutuhkan 1000 Ners. Demikian pula Canada yang menjanjikan gaji berlipat bari Ners asal Indonesia. “Kebutuhan-kebutuhan beberapa negara itu belum terpenuhi, termasuk Arab Saudi dan lain-lain. Ini tentu menjadi tantangan bagi para lulusan Ners untuk bekerja di sana,” kata Dekan seraya menambahkan bila Program S2 Ilmu Keperawatan Klinik pun telah mendapat persetujuan dan tinggal menunggu realisasi.
Drs. Elvy Effendy, Apt., M.Kes, Kabid. Sumber Daya Kesehatan Dinkes Prov. DIY menambahkan dengan memegang profesi Ners, para lulusan memiliki kesempatan memperoleh jabatan kewenangan keperawatan. Hal itu bisa diperoleh setelah mereka melalui uji kompetensi. “Namun tidak perlu khawatir, sebab dalam dua tahun terakhir rata-rata lulusan UGM berhasil lolos uji kompetensi seratus persen,” tambahnya saat memberi sambutan mewakili Kepala Dinkes Provinsi DIY.
Terhadap maraknya Pendidikan Keperawatan di Indonesia, Elvy Effendy berharap Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) melakukan serangkaian pembenahan kompetensi. Banyaknya pendidikan keperawatan menjadikan pendidikan jenis ini bervariasi. “Saya berharap PPNI bisa melakukan pembenahan kompetensi pendidikan keperawatan ini,” katanya.
Tampak hadir dalam pelantikan ners ke-20 ini Direktur SDM dan Pendidikan RSUP Dr. Sardjito, dr. Rohman Arif, M.Kes dan Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi DIY, Drs. Kirnantoro, M.Kes. (Humas UGM/ Agung)