Subdirektorat Pengembangan Karakter Mahasiswa Direktorat Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada (Subdit Karakter Ditmawa UGM) menyelenggarakan Webinar Kebangsaan Festival Karakter UGM dengan topik “Menciptakan Ruang Kontribusi Generasi Muda di Era Disrupsi” secara daring pada Sabtu, (6/11).
Anwar Sanusi, Ph.D, Sekretaris Jenderal Kementrian Ketenagakerjaan Republik Indonesia sebagai Keynote Speaker, memaparkan bahwa Indonesia mempunyai bonus demografi pada tahun 2045 yang merupakan angkatan kerja produktif. Hal tersebut bisa dilihat berdasarkan data BPS 2020 yang meliputi Generasi X (lahir tahun 1965-1980) dengan jumlah 21,88%, Generasi Milenial (lahir tahun 1981-1996) dengan jumlah 25,87%, Generasi Z (lahir tahun 1997-2012) dengan jumlah 27,94%.
“Dari yang ditunjukkan struktur umur penduduk Indonesia ini, kita bisa lihat bahwa dominasi generasi X, Y (milenial) dan Z ini sangat tinggi. Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa untuk menjadi negara besar. Banyak lembaga riset mengatakan bahwa jika situasi terkelola dengan baik, Indonesia akan menjadi negara terbesar ke-5 di dunia pada tahun 2045. Kita memiliki GDP yang sangat tinggi. Bahkan, kita bisa keluar dari negara dengan penghasilan menengah/middle income country trap,” papar Anwar.
Jika melihat kondisi ketenagakerjaan dari sisi supply, Anwar menjelaskan bahwa angkatan kerja muda (usia 15-29 tahun) Indonesia cenderung tinggi pada kelompok pendidikan menengah, di perkotaan dan laki–laki. Menurut BPS Februari 2021, jumlah angkatan kerja muda Indonesia adalah 37.750.484 orang.
“Walaupun Indonesia memiliki bonus demografi, kita juga memiliki beberapa tantangan revolusi industri yang membuat kita berpikir mau tidak mau lebih cepat dari sekarang, ditambah dengan kondisi pandemi. Tantangan tersebut berupa skills transformation (pekerjaan yang tumbuh dan pekerjaan yang berkurang), job transformation (orang bisa bekerja dimana saja dan kapan saja serta satu orang bisa memiliki banyak pekerjaan/proyek), Society Transformation (Digital divide: ketimpangan antara individu yang mempunyai akses komputer, smartphone, dan internet dengan yang tidak punya),” tutur Anwar.
Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D., Dosen Fakultas Teknik UGM, menyampaikan bagaimana kiat-kiat generasi muda untuk menciptakan kegiatan yang berkelanjutan dan energi terbarukan. Hal ini menurutnya penting karena tujuh agenda pembangunan nasional Presiden Joko Widodo di dalamnya meliputi lingkungan hidup, ketahanan bencana, dan perubahan iklim.
Dari sektor energi, pemerintah telah mencanangkan transformasi menuju energi baru dan terbarukan yang disampaikan pada Major Economies Forum on Energy and Climate (MEF) 2021. Untuk mewujudkan transformasi ini, terdapat beberapa strategi peralihan pembangkit listrik dari batu bara ke energi baru dan terbarukan meliputi pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan, penggunaan biofuels, dan netral karbon zero. Transisi energi menurut Ahmad perlu kemitraan global bagi negara berkembang dan memiliki peluang kerja sama dan investasi.
“Itu adalah poin-poin yang pastinya generasi muda akan bermain disana, akan membutuhkan tenaga-tenaga muda dan generasi muda adalah energi baru dan terbarukan untuk negeri ini,” tutur Ahmad.
Pembicara terakhir adalah Analisa Widyaningrum (Psikolog). Analisa membahas kepribadian yang dibutuhkan generasi muda di era disrupsi. Menurut Analisa, Indonesia membutuhkan generasi muda dengan mindset untuk berkolaborasi, bukan berkompetensi dan fixed mindset.
“Generasi muda harus tahu core values dan purpose-nya. Banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan dalam hidup. Namun, semua bisa dilalui kalau kita punya tujuan,” tutur Analisa.
Selengkapnya mengenai Webinar Kebangsaan bisa dilihat disini.
Penulis: Desy