Perdagangan Intra Industri (PII) merupakan solusi penting bagi perdagangan Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Pada awalnya, PII berkembang sebagai akibat kerja sama antarnegara anggota blok perdagangan dalam melakukan liberalisasi. Sejak adanya liberalisasi di kawasan ASEAN melalui AFTA pada tahun 2010, PII menjadi hal penting sebagai ukuran tingkat integrasi perdagangan ASEAN.
Dari sejumlah penelitian yang mengkaji perdagangan intra industri di kawasan ASEAN tampak bahwa tingkat PII masih sangat kecil. Tingkat PII yang kecil ini menunjukkan perdagangan yang terjadi di kawasan ASEAN lebih kepada perdagangan inter industri dibandingkan dengan intra industri. “Namun demikian, indeks PII di wilayah Asean dari tahun ke tahun pada umumnya semakin meningkat. Hal ini berarti semakin meningkatkan integrasi perdagangan di kawasan tersebut,†kata Pauline Henriette Pattyarine dalam ujian terbuka program doktor FEB UGM, Kamis (28/7), di FEB UGM.
Berangkat dari fenomena tersebut, Pauline melakukan penelitian untuk melihat kemampuan Indonesia dalam melakukan PII dengan anggota ASEAN lainnya dalam upaya meningkatkan intensitas integritas perdagangan, khususnya di sektor prioritas pada produk berbasis kayu dan karet. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap masing-masing output industri besar dan sedang merupakan yang tertinggi dari semua faktor yang ada. Fenomena ini terjadi terutama pada produk mebel dan produk dari karet karena tingginya modal yang digunakan. “Utilisasi kapasitas terpasang yang rata-rata melebihi 75% turut berperan penting dalam peningkatan output industri,†imbuh wanita kelahiran Amurang, Sulawesi Utara, 22 Maret 1969 ini.
Hasil penelitian lain menunjukkan kinerja output industri yang menjadi determinan PII terbukti ikut mendukung PII. Apabila output industri dalam negeri ditingkatkan akan turut meningkatkan perdagangan intra industri Indonesia dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dalam disertasi berjudul ‘Determinan Perdagangan Intraindustri Indonesia-ASEAN 3 Produk Berbasis Kayu dan Karet, 2000-2006â€, Pauline menyebutkan produk yang mengalami PII paling tinggi ialah produk berbasis karet, selanjutnya mebel dan kayu lapis untuk industri besar dan sedang.
Melihat kenyataan tersebut, perlu adanya upaya untuk meningkatkan jumlah modal per jam tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja agar nilai output untuk produk berbasis kayu dan karet ikut meningkat. “Adanya pertambahan modal per jam kerja tenaga kerja akan menaikkan produktivitas tenaga kerja yang ada. Demikian halnya kenaikan jumlah modal per jam kerja dan produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan output yang pada akhirnya mendorong naiknya PII Indonesia dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand,†kata doktor UGM ke 1.439 ini. (Humas UGM/Ika)