YOGYAKARTA – Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, Fajar Saumatmaji, mengatakan angkutan kereta api (KA) barang sebagai alat angkut sistem distribusi barang dan logistik belum dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Hal itu disebabkan masih minimnya jumlah moda transportasi ini, di samping proses pengiriman barang yang memakan waktu terlalu lama. “Karena lamanya distribusi membuat banyak orang memilih menggunakan truk untuk mengirim barang,†kata Fajar dalam Seminar Model Angkutan Barang Berbasis Kereta Api, yang diadakan di Pustral UGM, Selasa (26/7).
Dari penelitian Fajar, ada empat lokomotif yang biasa digunakan untuk sarana moda KA barang. Sementara itu, gerbong yang digunakan meliputi 137 gerbong berkapasitas 14 ton yang rata-rata berusia 45 tahun, 29 gerbong berkapasitas 30 ton berusia di atas 30 tahun, dan 35 gerbong yang berumur di atas 40 tahun. Di samping usia yang di atas 30 tahun, gerbong hampir semuanya dalam kondisi tidak terawat, misalnya dinding berlubang dan berkarat serta memiliki kecepatan berajalan yang sangat rendah.
Fajar mengusulkan ke depan perlu ada pengembangan KA barang dengan cara meningkatkan kapasitas angkut dengan peningkatan kemampuan lokomotif dan gerbong. Selain itu, meningkatkan keamanan produk dan kemudahan bongkar muat. “Bongkar muat lebih hemat menggunakan sistem mekanis dengan operasional hemat 2,09 miliar rupiah/tahun,†katanya.
Perbaikan pola operasi kereta api dan sarana juga harus diikuti dengan menambah kecepatan perjalanan kecepatan barang sampai dengan 35 km/jam. Dengan menggunakan KA barang, menurut Fajar, biaya angkut dapat dihemat 8,25 persen dibandingkan dengan menggunakan truk. (Humas UGM/Gusti Grehenson)