MAKASSAR – Kanker merupakan penyebab kematian tertinggi nomor tujuh di Indonesia. Saat ini, telah banyak cara pengobatan kanker, salah satunya ialah kemoterapi. Jenis terapi ini yang paling umum digunakan dan agen kemoterapi yang sering dijadikan pilihan adalah doxorubicin. Namun, penggunaan obat ini dapat menimbulkan berbagai efek samping, antara lain, kerontokan rambut, kardiotoksisitas, dan penurunan sistem imun. Yang terakhir ini bahkan mengakibatkan rentannya penderita kanker terkena infeksi karena sistem kekebalan tubuh yang menurun. Sementara ini, belum ditemukan cara yang efektif untuk mencegah penurunan sistem imun (imunosupresi).
Hingga pada akhirnya, sebuah kabar gembira dibawa oleh mahasiswa Fakultas Farmasi UGM. Akhirnya, ditemukan cara untuk mencegah imunosupresi. Bahan obat ini tidak berharga mahal atau harus diimpor seperti obat doxorubicin, tetapi hanya dari kulit buah yang jamak ditemui di Indonesia. Apa itu?
Kulit jeruk purut. Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa Farmasi UGM ini, kulit jeruk purut mengandung senyawa yang mampu mencegah imunosupresi pada kemoterapi kanker. “Kulit jeruk purut mengandung senyawa naringenin dan hespiridin sebagai antioksidan meningkatkan sistem imun dan pendamping kemoterapi kanker,†kata Herwandani Putri saat memaparkan hasil penelitiannya dalam kegiatan Pimnas di Makassar, Kamis (21/7). Putri didampingi dua orang peneliti lainnya, Stendi Nagaji dan Ifani Amaliah.
Sebelum memilih jeruk purut, Putri bersama dengan rekan-rekannya yang tergabung dalam kelompok studi cancer cemopreventation telah memilih berbagai kulit buah jeruk untuk diteliti, seperti jeruk keprok, jeruk nipis, dan jeruk bali. Namun, pilihan jatuh kepada jeruk purut, yang ternyata mengandung dua senyawa yang efektif mencegah penurunan kekebalan tubuh. “Konsentrasi senyawa paling tinggi ada di kulit jeruk purut,†ujar wanita kelahiran Yogyakarta, 28 Desember 1989 ini.
Untuk mendapatkan senyawa dari kulit jeruk tidak mudah. Setelah kulit jeruk dikupas, kemudian dikeringkan di dalam oven. Apabila telah kering, lantas dihaluskan dengan menggunakan metode penyerbukan. Berikutnya, dilakukan ekstraksi dengan menambahkan etanol sebagai pelarut. Dari 500 gram serbuk yang dihaluskan, dapat diperoleh 100 gram hasil ekstraksi.
Percobaan pun dilakukan pada tikus. Setelah hasil ekstraksi dari kulit jeruk purut diuji pada tikus, ternyata mampu mencegah penurunan jumlah sel darah putih setelah sebelumnya tikus tersebut terkena kemoterapi. “Jika ditambah ekstrak jumlah sel darah putih turunnya tidak sebanyak jika tidak gunakan,†kata anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Meski mengakui ini sebagai penelitian awal dan belum diuji coba ke manusia, menurut Putri, pihaknya akan mengadakan penelitian lebih lanjut dengan melakukan standardisasi ekstrak dan uji praklinik setelah nantinya dibuat dalam bentuk obat-obatan yang berbentuk kapsul. “Ke depan, ekstraknya akan bisa dikonsumsi berupa obat bagi mereka yang menjalankan kemoterapi kanker,†kata Putri yang mengaku dalam penelitiannya ini mendapatkan bantuan dari Dikti sebesar 6 juta rupiah.
Bila saat ini penggunaan doxorubicin harus diimpor dari luar negeri, bukan tidak mungkin jika ada kemauan keras dan kerja sama berbagai pihak nantinya obat-obatan kanker dapat dibuat di dalam negeri. “Walau setiap obat harus menunggu waktu 20 tahun untuk diuji dulu dan bisa digunakan,†ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)