YOGYAKARTA-Pengaruh bahasa Arab dari hari ke hari semakin menurun dan lebih banyak digantikan oleh bahasa asing lain, seperti Inggris dan China. Di Indonesia, misalnya, penggunaan bahasa Arab hanya digunakan dalam kegiatan peribadatan dan bukan sebagai bahasa sehari-hari. Dengan kondisi demikian, seakan-akan bahasa Arab tidak lagi berada di garda depan kemajuan peradaban umat manusia. Untuk ke depan, bahasa Arab perlu lebih dikembangkan lagi.
“Agar bisa di depan sebagai simbol peradaban bangsa, maka bahasa Arab harus terus dikembangkan,†kata Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Prof. Dr. H. Machasin, M.A., dalam pembukaan Muktamar Nasional ke-4 Ikatan Pengajar Bahasa Arab seluruh Indonesia atau Ittihadu Mudarrisi al-Lughatil al-‘Arabiyyah (IMLA), di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM, Kamis (14/7) malam. Muktamar Nasional ke-4 IMLA yang dirangkai dengan seminar internasional tersebut berlangsung pada 14-17 Juli 2011.
Sementara itu, Ketua Umum IMLA, Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U.,M.A., berharap agar dalam muktamar kali ini dapat memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat dan organisasi profesi lainnya. Di samping itu, prestasi anggota IMLA secara pribadi dan kelembagaan ke depan dapat terus bertambah. “Diharapkan melalui forum ini muncul pemikiran-pemikiran terkini dari para pengajar bahasa Arab ini sehingga bisa meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ilmu,†kata Syamsul yang juga staf pengajar di Jurusan Sastra Asia Barat UGM itu.
Disebutkan Syamsul, Muktamar Nasional ke-4 IMLA ini diikuti oleh 100 pengajar bahasa Arab dari dalam negeri dan 85 pengajar dari luar negeri yang berasal dari 24 negara, seperti Iran, India, Srilanka, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, Macedonia, dan beberapa negara lain di Timur Tengah.
Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha UGM, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D., dalam kesempatan tersebut juga menyambut baik digelarnya muktamar dan Seminar Internasional Peranan Bahasa Arab dalam Pengembangan Peradaban itu. Ke depan, kompetensi para pengajar bahasa Arab dapat terus meningkat seiring dengan kemajuan zaman. Atyanto menambahkan bahasa Arab dalam perkembangannya juga sudah banyak diadopsi ke bahasa lain ataupun sebaliknya. “Dengan adanya adopsi bahasa Arab ke bahasa lain maupun sebaliknya, maka pertalian budaya antarbangsa juga akan semakin erat dan berkembang,†tutur Atyanto.
Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Daerah DIY, Drs. H. Ichsanuri, mewakili Gubernur Sri Sultan HB X dalam sambutannya mengatakan peranan bahasa Arab seharusnya tetap dipertahankan sebagai sumber peradaban dan pengembangan ilmu-ilmu standar menjadi bahasa baku. Pada kesempatan itu, ia mencontohkan naskah kuno di Keraton Yogyakarta yang bernuansa Islam dalam bahasa Arab. “Saat ini, sudah banyak kosakata bahasa Arab yang diadopsi sebagai alat budaya, sains, matematika, dan sebagainya,†kata Ichsanuri.
Pada acara pembukaan yang dimeriahkan dengan kesenian musik Kyai Kanjeng tersebut juga diserahkan penghargaan kepada tokoh yang selama ini secara terus-menerus mencurahkan pikirannya untuk pengembangan dan pengajaran bahasa Arab di Indonesia. Mereka adalah Prof. H. Zaini Dahlan, M.A. (mantan Rektor UII) dan KH Dr. Syukri Zarkasyi, M.A. (Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo). (Humas UGM/Satria AN)