YOGYAKARTA-Kewirausahaan sekarang ini sudah menjadi gerakan nasional. Agar perekonomian suatu bangsa terjaga pertumbuhannya dalam jangka panjang, harus terdapat entrepreneur/ wirausaha minimal 2% dari jumlah penduduk. Sementara itu, Indonesia hanya memiliki 0,24% sehingga dibutuhkan banyak sekali para wirausaha baru. Pemerintah dengan Gerakan Kewirausahaan Nasional akan menggenjot dengan menciptakan entrepreneurs baru menjadi 1% dalam beberapa tahun ke depan.
Namun, melihat beberapa program yang telah dijalankan selama ini, untuk dapat mencetak wirausaha dalam waktu relatif cepat agaknya tidak mudah. Pemerintah perlu lebih banyak menggandeng pihak terkait, seperti LSM dan perguruan tinggi, serta membenahi beberapa program yang dijalankan. “Jangan hanya memberi stimulus dana/anggaran dengan mengadakan kompetisi atau lomba wirausaha, tetapi tidak ada tindak lanjutnya setelah selesai acara,” kata Ketua Program Studi Manajemen Sekolah Vokasi UGM, Drs. H. Moh. Halimi, M.M., Senin (30/5).
Halimi menambahkan salah satu strategi dalam berusaha adalah melakukan diferensiasi. Untuk sukses menjadi entrepreneur, harus dapat menawarkan suatu usaha dan produk yang berbeda dari yang lain, yang mempunyai keunikan atau kekhasan tersendiri. Agar dapat menawarkan usaha dan produk yang unik, diperlukan kreativitas dan inovasi dari para pengusaha/calon pengusaha. “Di sini, kreatifitas dapat dipandang sebagai proses dan produk. Sebagai sebuah proses memungkinkan adanya kemungkinan solusi baru, sedangkan yang terkait produk, antara lain, tentang cara produksi hingga pengembangan produk tersebut di lapangan,” terang Halimi.
Sebagai bentuk dukungan terhadap Gerakan Nasional Kewirausahaan, guna mendorong kreativitas dan memunculkan inovasi-inovasi produk serta usaha dengan pembinaan yang sudah dijalankan mahasiswa serta pengusaha mikro dan kecil, Program Diploma Ekonomika dan Bisnis UGM mengadakan pameran/expo wirausaha mahasiswa dan UMKM 2011 . Acara akan digelar pada 5 Juni 2011 di pelataran parkir Program Diploma Ekonomika dan Bisnis-Sekolah Vokasi UGM pukul 06.00-11.00.
Tema yang diangkat adalah Kongres “PSSI”: Pasar Senggol Super Inovasi. Menurut Halimi, terdapat 88 stand dan 10 UKM yang akan ikut serta dalam pameran. Pameran akan menampilkan beraneka macam produk dan layanan kreatif serta inovatif yang dikemas seperti pasar. “Ada proses jual dan beli layaknya pasar. Produk yang dipamerkan meliputi kuliner, pakaian, hingga industri kerajinan yang melibatkan mahasiswa D-3 maupun S-1 FEB serta UKM. Kita prediksi nanti akan terdapat lebih dari 400-an pengunjung yang datang ke sini,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Halimi menjelaskan sebagai salah satu upaya agar mahasiswa memiliki pengalaman dan jiwa wirausaha, mereka akan dilibatkan langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku UKM, seperti penjual bakso, pedagang sayur, hingga penjual empek-empek. Kegiatan yang masuk ke dalam mata kuliah praktikum kewirausahaan ini ditempuh dalam waktu satu minggu.
Program tersebut melengkapi dari mata kuliah lain yang telah diberikan, seperti akuntansi, manajemen, dan pendidikan pengantar bisnis. “Ini biasanya dilakukan mahasiswa di semester 4 atau 5 selama satu minggu. Mereka ikut langsung kegiatan, mulai dari berangkat, berjualan, dan selesainya si pelaku UKM ini. Dengan itu diharapkan ada kesiapan dari mahasiswa ketika terjun di masyarakat dan ingin mencoba menjadi wirausaha,” tutur Halimi. (Humas UGM/Satria AN)