Sebanyak 10 tim dari 4 universitas dari seluruh Indonesia saling berkompetisi dalam babak semi final pada kompetisi “Jogja Game Expo†, Selasa (19/4) di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM. Beberapa tim diantaranya berasal dari Institut Teknologi Bandung (2 tim), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (1 tim), Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (4 tim), dan UGM (3 tim).
Jogja Game Expo merupakan kompetisi pengembangan game mobile yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer (HIMAKOM) FMIPA UGM. Dalam kompetisi ini, masing-masing peserta diwajibkan untuk membuat sebuah game dengan tema budaya Indonesia. Game yang dikembangkan adalah mobile game dengan genre bebas yang harus bisa berjalan pada Nokia series 40 dan 60 dengan platform Java.
Secara bergantian kesepuluh peserta mempresentasikan dan melakukan demo cara bermain game yang dikembangkan. Ada yang mengembangkan game yang diadopsi dari permainan tradisional di Jawa yaitu Congklak. Ada pula yang mengusung tokoh pewayangan yaitu Arjuna, Gathotkaca serta Nakula-Sadewa dalam game. Makanan khas Indonesia seperti sate juga muncul dalam game yang dikembangkan oleh para mahasiswa ini. Sejumlah game lain yang tak kalah menarik yang mengusung tema budaya Indonesia juga turut dipresentasikan.
Lidia Ramadinda, salah satu peserta dari UGM, yang menciptakan game Congklak bersama rekannya Ahmad Priatma DKW menyebutkan mereka mengembangkan game Congklak dengan mengadopsi game yang sudah ada sebelumnya. Kali ini mereka memberikan tambahan karakter pemain dalam game seperti Gathotkaca dan Nyi Roro Kidul. “Kita sengaja memberikan karakter seperti Gathotkaca dan Nyi Roro Kidul dalam game ini agar permainan tidak membosankan. Tiap-tiap karakter memiliki skill yang berbeda-beda,†jelasnya.
Kompetisi yang bertajuk “Fell the Game!†telah digelar sejak 16 April lalu diiikuti oleh 30 tim dari sejumlah perguruan tinggi se-Indonesia. Dari 30 tim yang ikut dipilih 10 tim yang selanjutnya berhak mempresentasikan game yang dikembangkan. Kemudian dari 10 tim tersebut dipilih 3 terbaik untuk mengikuti final. “Tiga terbaik akan melewati proses live coding, dimana masing-masing akan diberikan tantangan dari dewan juri seperti memasukkan fitur-fitur baru dalam game tersebut,†papar Ardian Putra S, ketua panitia kegiatan.
Ardian menuturkan game yang dikembangkan oleh masing-masing peserta dinilai berdasarkan originalitas dan kesesuaian dengan tema mengenai budaya Indonesia. Selain itu, juga dinilai dari daya jual di pasaran.
Dalam kompetisi ini selain akan memilih tiga game tebaik juga akan memilih game favorit hasil polling dari pengunjung sebagai best category. Para pemenang akan memperoleh piagam dan hadiah dengan total nilai sebesar 35 juta rupiah. (Humas UGM/Ika)