Dalam rangka menyemarakkan rangkaian Dies Natalis Fisipol UGM ke-66, Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM menyelenggarakan acara Bedah Buku Jagat Komunikasi Kontemporer. Dengan mengangkat tajuk Ranah, Riset, dan Realitas, kegiatan bedah buku menjadi wadah bagi para pembaca, maupun calon pembaca, untuk mendengar paparan dan berdiskusi bersama penulis, penyunting, serta pengulas buku tersebut.
Para penulis, yang sekaligus merupakan dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Fisipol UGM memaparkan ringkasan tulisan mereka dalam acara ini. Mereka menyampaikan bahwa isi buku Jagat Komunikasi Kontemporer mengacu pada empat peminatan yang ada di Prodi S1 Ilmu Komunikasi UGM, yaitu jurnalistik, kehumasan, media hiburan, dan periklanan.
Budi Irawanto, M.A., Ph.D selaku pemapar pertama menyampaikan selaku konsumen media sebaiknya berhenti menganggap media hiburan sebagai topik yang remeh temeh. Media hiburan ada baiknya mulai dilihat sebagai penemuan yang dapat dikaji secara serius dan berdampak , sebab makna penemuan yang sesungguhnya bukanlah melihat “tanah yang baru”, namun melihat “tanah” yang dimiliki dengan mata atau perspektif baru.
Membahas Bab 10 buku Jagat Komunikasi Kontemporer dengan judul Media Hiburan sebagai Kajian Ilmu Komunikasi, sebagaimana yang ditulisnya, Budi Irawanto ingin mengajak pembaca untuk melihat fenomena media hiburan sebagai sebuah fenomena yang sayang bila tidak dijadikan bahan kajian.
Adapun poin-poin yang disampaikan antara lain ada makna dari hiburan dan bagaimana mediatisasi hiburan atau munculnya media hiburan, serta soal teknologi digital menciptakan karakter baru bagi media hiburan, termasuk kemunculan kategori infotainment dalam berita. Lantas kemunculan e-sports sebagai ranah yang kini ditekuni banyak orang, serta kemunculan fandom sebagai kajian media hiburan.
“Ya pada intinya, media hiburan baiknya tidak didegradasi atau diremehkan, melainkan mulai dimaknai dan dikaji,” katanya, di Fisipol UGM, Jumat (15/10).
Paparan kedua dibahas Irham Nur Anshari, S.I.P., M.A., dengan tulisan berjudul Produksi dan Monetisasi Kanal YouTube di Indonesia. Pada tulisan bab ke-12, ini secara ringkas Irham mengulas tentang YouTube, yang kini tidak hanya dipandang sebagai media untuk bersosial atau berjejaring, tapi juga berkreasi dengan memproduksi konten dan kemudian dimonetisasi (diolah untuk bisa menghasilkan uang).
Dalam sesi ini diulas soal kemunculan istilah “pekerja kreatif” yang bermula dari YouTube dan pemanfaatan Google AdSense. Perbedaan YouTuber Indonesia dengan YouTuber dari luar negeri, dan pengambil alihan YouTube oleh bintang televisi, kehadiran e-commerce di media sosial hingga Keberagaman konten video di TikTok dibandingkan dengan YouTube.
Sementara itu, pembahasan tema politik cukup menggelitik hadir dari pemaparan Nyarwi Ahmad, S.I.P., M.Si., P.hD. Dalam tulisannya di bab 7, ia menyampaikan tiga poin yang menonjol dari kebiasaan para figur politik di negeri ini.
Pertama, kebiasaan mengekspresikan diri melalui visual, seperti baliho dan unggahan berisi ucapan apapun, dengan fotonya sendiri. Kedua, kebiasaan tokoh politik untuk menyampaikan ide-ide pemikiran mereka dengan membuat jargon yang menyebut diri mereka nasional, agamis, “orang baik”, dan banyak lainnya. Ketiga, tentang mediatisasi, yakni adaptasi model kampanye melalui media sosial sebagai sarana pendekatan. Tentu saja tidak sekadar memanfaatkan medianya saja, tetapi juga membuat kontennya relevan, serta menyulap segala sesuatu menjadi Instagrammable.
Pemaparan terakhir dari Dr. Widodo Agus Setianto, M.Si., soal Transformasi Model Periklanan dan Relevansinya dengan Ilmu Komunikasi. Dalam keterangan singkatnya, ia membahas sejarah iklan ternyata sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan, pada zaman Mesir Kuno dan sempat memanfaatkan Terracotta (sejenis bata merah) sebagai media iklan, sebelum akhirnya berkembang dan merambah berbagai media di zaman modern, seperti saat ini.
Dr. Eni Maryani, Dra., M.Si., dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran selaku pengulas buku Jagat Komunikasi Kontemporer mengungkapkan rasa senangnya membahas buku ini, sebab ada beberapa topik yang cukup baru baginya yaitu keberadaan kajian Media Hiburan di Ilmu Komunikasi UGM. Menurutnya, isu-isu di ranah komunikasi bisa dikaji dengan berbagai paradigma dan perspektif sehingga selalu bisa dikembangkan dan akan terus berkembang.
Penulis : Agung Nugroho