Tim mahasiswa UGM berhasil menciptakan alat berbasis IoT (Internet of Things) yang dapat menghitung gas rumah kaca yang diproduksi sektor peternakan, terutama ternak ruminansia. Alat yang diberi nama Smart Technology in Respiration Chamber ini mampu menghitung jumlah produksi gas metan, dan dapat dipantau secara real time dengan sentuhan teknologi. Alat ini dapat digunakan dalam mengevaluasi produksi greenhouses gases di sektor peternakan, terutama ternak ruminansia. Tidak hanya itu, hasil inovasi mahasiswa ini diharapkan bisa berperan penting dalam penelitian yang berkaitan dengan perubahan iklim dan efek pemanasan global.
Ketua tim peneliti, Gardika Windar Prahara dari Fakultas Peternakan UGM, mengatakan bahwa inovasi alat penghitung gas rumah kaca untuk ternak ruminansia masih belum dikembangkan di Indonesia. Selain itu, harga alat methane chamber untuk penelitian pada ternak sangat mahal dan harus didatangkan dari luar negeri. Melihat hal tersebut, ia bersama dengan rekan timnya yaitu Auliya Muthiea Dien (Fakultas Peternakan), Andie Gagas Alfrianto (Sekolah Vokasi), Remarezi Rafsanjani (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), dan Firlya Lananinggar (Fakultas Peternakan), memutuskan untuk melakukan inovasi dengan menciptakan alat deteksi tersebut yang dapat membantu pengembangan penelitian dalam mitigasi produksi gas rumah kaca dan evaluasi manajemen peternakan serta efisien pakan.
Alat Smart Technology in Respiration Chamber diberi nama GAMA-Sapudi ini dapat mengukur beberapa kadar greenhouses gases seperti, karbondioksida (CO2), metan (CH4), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), dinitrogen oksida (N2O), serta suhu dan kelembaban secara real time yang didukung teknologi Internet of Things (IoT). Alat ini memanfaatkan gas keluaran hewan ternak dan menggunakan microcontroller Arduino Nano yang dihubungkan dengan berbagai sensor untuk mendapatkan input data yang lengkap. “Semua data yang didapatkan akan dikomputasi dan ditampilkan pada LCD display yang berada pada bagian luar alat untuk monitoring yang akan ditampilkan secara daring dengan internet,” kata Gardika.
Pemanfaatan media daring menggunakan modul wifi ESP8266 yang dikirim ke Dashboards Website user dan terhubung dengan internet maka alat dapat dipantau dan diatur secara real time.“Alat penghitung gas rumah kaca yang kami buat berbasis IoT dan hasil penghitungan akan terhubung dengan Dashboards Website yang telah didesain sehingga dapat diakses dan dipantau dengan mudah melalui handphone atau komputer,” ujar Ketua Tim, Gardika.
Dosen Pembimbing Tim PKM, Dr. Muhsin Al Anas, mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan gas rumah kaca dalam jumlah besar. Peternakan ruminansia seperti sapi, kerbau, domba, dan kambing menghasilkan metan dari proses fermentasi dalam rumen sebagai hasil konversi rumput menjadi sumber energi. Terlebih, pakan yang diberikan oleh peternak kebanyakan limbah pertanian dengan kualitas yang rendah serta kandungan serat yang tinggi. “Alat ini ini bisa menjadi terobosan inovatif untuk meningkatkan kualitas penelitian dalam upaya mitigasi efek gas rumah kaca sehingga kita dapat mengembangkan peternakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” katanya.
Penulis : Gusti Grehenson