Kesehatan reproduksi perempuan dan permasalahannya masih menjadi perhatian utama penggiat layanan kesehatan, terlebih di masa pandemi Covid-19. Sementara angka kematian ibu dan bayi di Indonesia hingga saat ini masih cukup tinggi, yaitu 305 per seratus ribu kelahiran hidup.
Bahkan, soal kejadian ibu meninggal ini ada pihak yang menghitung mencapai 2 orang setiap jamnya yang diakibatkan komplikasi dari kehamilan, persalinan hingga masa nivasnya. Hal ini tentu menjadi permasalahan atau pekerjaan rumah bersama para tenaga kesehatan di bidang obstetri dan ginekologi, bidan, dokter umum dalam mencari solusi agar angka kematian ibu bisa diturunkan. Disamping itu, agar kualitas kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia dapat ditingkatkan.
Kehadiran buku karya tim dosen FK-KMK UGM bekerja sama BPP UGM/UGM Press berjudul: “Clinical Decision Making Series: Obstetri dan Ginekologi” memberikan harapan akan itu. Terkait hal itu, FK-KMK UGM dan BPP UGM/UGM Press pun menggelar talskshow bertema “Perempuan dan Permasalahan Kesehatan Reproduksi”.
Dr. dr. Shinta Prawitasari, SpOG(K) sebagai salah satu dari tim Penulis Buku CDMS Obstetri dan Ginekologi mengatakan buku teks yang diperuntukkan untuk mahasiswa fakultas kedokteran dan dokter pada layanan primer belum ada yang ditulis berdasarkan evidence base atau masalah kesehatan. Pada umumnya buku-buku yang ditulis adalah buku konvensional yang diawali dengan soal-soal epidemiologi, faktor risiko, cara-cara diagnosis dan sebagainya.
“Kebanyakan buku-buku tidak dimulai dengan permasalahan-permasalahan klinis, padahal jika buku diawali dengan masalah-masalah klinis tentu akan menjadi trigger yang baik untuk menarik dibaca,” katanya Selasa (24/8).
Kehadiran buku “Clinical Decision Making Series: Obstetri dan Ginekologi”, menurutnya menjawab tantangan untuk para dokter di layanan primer. Terlebih di era JKN saat ini, mereka harus menangani secara optimal untuk 144 kasus klinis, termasuk di dalamnya soal obstetri dan ginekologi.
“Ini diharapkan bisa menjawab tantangan tersebut untuk kasus-kasus yang bisa diselesaikan di layanan primer,” ucapnya.
Pendapat senada disampaikan Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D. Menurutnya, permasalahan kesehatan organ reproduksi perempuan berdampak pada kualitas hidup perempuan.
“Kesehatan reproduksi ini menjadi salah satu topik cukup mendapat perhatian dari beragam pihak karena berkaitan dengan kualitas generasi di masa depan,” katanya.
Menurutnya, tingginya kematian ibu akibat anemia, kurang gizi, perdarahan karena keguguran kemudian persalinan berisiko akibat penyakit organ reproduksi menjadi beberapa contoh terkait kesehatan perempuan. Oleh karena itu, masalah kesehatan perempuan perlu perhatian serta ruang untuk bisa melakukan sosialisasi secara lebih luas agar perempuan mengetahui informasi kesehatan reproduksi yang sering dialaminya, sekaligus mendapatkan jalan keluar atas permasalahan yang sering dihadapi di tempat pelayanan primer.
“Karenanya buku yang disusun oleh Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-KMK UGM ini hadir dengan harapan memberikan referensi untuk para dokter umum utamanya dalam melakukan pelayanan dengan berbasis bukti klinis terbaru. Buku inipun diharapkan bisa digunakan oleh profesi kesehatan lain bahkan masyarakat awam,” paparnya.
Sementara itu, L. Ana Yuliastanti Iriyani, S.Pd dari KPA DIY selaku pembedah buku mengakui fakta dan fenomena di lapangan terkait dengan kesehatan reproduksi perempuan hingga kini masih belum menjadi prioritas. Dari beberapa kasus yang berhasil dihimpun terutama di tahun 2021 ini tercatat ada 2.179 kasus kematian ibu.
“Dari angka tersebut 18 persen diantaranya karena Covid-19, dan hal ini tentu menimbulkan persoalan besar karena belum ditambah lagi persoalan yang utama yaitu menyangkut kesehatan reproduksi,” ungkapnya.
Dijelaskannya posisi tawar perempuan terkait kesehatan masih cukup rendah. Hal ini tentu menjadi persoalan besar di Indonesia dan soal periksa kesehatan reproduksi belum menjadi kebutuhan semisal periksa papsmir.
Belum lagi soal kasus kekerasan pada anak. Tercatat dari Januari hingga Juni 2021 terjadi sebanyak 5.463 kasus kekerasan seksual hingga terjadi kehamilan pada anak/remaja. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dan menunjukkan kesehatan reproduksi menjadi cukup penting untuk diajarkan sejak dini dalam keluarga.
Karena itu, menurutnya, buku setebal 270 halaman ini sangat bermanfaat untuk tenaga-tenaga yang menjadi konselor di lapangan. Pengemasan buku ini sangat menarik dengan permasalahan-permasalahan yang sangat sederhana serta solusi bagaimana tindakan-tindakan yang harus dilakukan.
“Ini semacam buku saku yang bisa juga digunakan tenaga non-medis dan yang menjadi konselor di lapangan. Meski tidak terlibat secara langsung secara teknis penanganan tetapi informasi dalam buku ini disampaikan cukup bagus,” urainya.
Penulis : Agung Nugroho