Museum Universitas Gadjah Mada menerima pusaka tongkat staf pedel pertama UGM sebagai daftar koleksi benda museum. Tongkat staf pedel yang dibuat di era tahun 1950-an ini diserahkan secara simbolis oleh Sekretaris Rektor UGM, Wirastuti Widyatmanti, S.Si., Ph.D., kepada ketua pengelola Museum UGM, Dra. Djaliati Sri Nugrahani, M.A., pada peringatan ulang tahun Museum UGM ke-9, Kamis (29/12) di kompleks Museum UGM, Blok D6-D7 Bulaksumur.
Tongkat pedel ini yang memuat lambang UGM pada ujung tongkatnya sering digunakan pada upacara akademik seperti upacara pengukuhan Guru Besar, Kegiatan Upacara Puncak Dies UGM dan penganugerahan gelar honoris causa. Tongkat pedel ini menggunakan bahan kayu jati setinggi 195 cm dengan diameter tongkat 5 cm. Pada ujung tongkat terdapat lambang UGM bersisi dua sisi yang terbuat dari perak dan kuningan dengan ukuran 26 x 30 cm.
Ketua Pengelola Museum, Djaliati Sri Nugrahani, mengatakan tongkat pedel akan menambah koleksi museum UGM yang sekarang ini yang berjumlah 575 koleksi dari hasil kegiatan pendidikan, penelitian dan dokumentasi. “Tongkat pedel ini akan mengisi tema terkait lambang pendidikan UGM yang dibuat di awal-awal pendirian kampus UGM dan dipajang bersama koleksi baju guru besar dan selongsong ijazah,” kata Djaliati.
Menurutnya, koleksi tongkat pedel ini akan menambah benda bersejarah yang dipajang di museum UGM sehingga bisa disaksikan oleh para pengunjung dan mahasiswa UGM. “Ini salah satu benda memorabilia yang sangat bersejarah dan kebanggan universitas,” katanya.
Sekretaris Rektor UGM, Wirastuti Widyatmanti, dalam kesempatan itu menyampaikan apresiasi kepada tim pengelola museum yang telah merawat benda-benda bersejarah milik UGM sehingga bisa dinikmati oleh civitas akademika dan pengunjung dari luar UGM. “Kita sangat mengapresiasi pada individu yang sudah memiliki komitmen dan passion yang kuat untuk menjaga dan mengelola museum ini,” ujarnya.
Menurut pandangan Wirastuti, bangsa yang besar dan tangguh adalah bangsa yang tidak lupa dengan sejarah bangsanya sendiri. Ia mencontohkan negara Amerika, China dan Inggris bisa menjadi negara besar karena faktor sejarah. “Negara yang besar dan tangguh selalu menghargai sejarahnya. Itulah kenapa China, Amerika dan Inggris sangat besar dan tangguh, mereka sangat menghargai budaya mereka. Sejak kecil, anak-anak sudah diajak memahami perjuangan bangsa mereka,” jelasnya.
Wirastuti menilai para mahasiswa baru UGM nantinya perlu untuk mengetahui keberadaan museum UGM untuk mengenal lebih jauh soal sejarah pendirian UGM dan kegiatan tridarma yang pernah dilakukan UGM di masa lampau. “Kita ingin nantinya museum juga bisa diakses secara virtual dalam program PPSMB atau mereka wajib mengunjungi museum dalam rangka pengenalan nilai-nilai ke-ugm-an,” pungkasnya.
Penulis: Gusti Grehenson