Pandemi Covid-19 telah mendorong banyak perubahan dalam lini kehidupan masyarakat. Tidak hanya mendorong perubahan kepada sektor sosial ekonomi, pandemi Covid-19 ternyata juga mendorong perubahan besar kepada arah pemanfaatan sumber daya energi dunia. Dosen Teknik Nuklir dan Fisika, Fakultas Teknik UGM, Ahmad Agus Setiawan, mengungkapkan bahwa arah pemanfaatan sumber daya energi dunia tengah mengalami transisi kepada bentuk-bentuk sumber daya energi terbarukan.
Kampanye-kampanye untuk pemanfaatan kepada sumber daya energi terbarukan memang telah ada sebelumnya. Namun, Ahmad mengatakan bahwa tren pemanfaatan kepada sumber daya energi terbarukan baru meningkat drastis setelah Covid-19 muncul.
“Ada kejadian yang sangat parah (pandemi Covid-19), tapi kejadian parah itu (ternyata) membuka peluang untuk berkembang (dalam aspek energi),” tutur Ahmad ketika berbicara sebagai dosen tamu dalam mata kuliah Kapita Selekta di Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik UGM, (23/4)
Ahmad, yang sekarang juga menjabat sebagai Tenaga Profesional Kantor Staf Presiden pada Deputi I Bidang Kajian dan pengelolaan Isu-Isu Energi dan Infrastruktur tersebut, melihat bahwa telah terjadi peningkatan kesadaran diantara masyarakat untuk menggunakan clean energy.
Mengutip data International Energy Agency (IEA), Ahmad mengungkapkan emisi CO2 terus mengalami kenaikan, terbesar bersumber dari batubara dan minyak bumi. Akan tetapi, setelah datang pandemi Covid-19, masyarakat kemudian menetap di rumah dan mengakibatkan penurunan pemanfaatan sumber daya minyak bumi, terutama sebagai bahan bakar. Fenomena tersebut kemudian mengakibatkan peningkatan pada kualitas udara di berbagai kota besar. Alhasil, permintaan kepada pemanfaatan clean energy tumbuh pesat setelah itu.
Disisi lain, Ahmad juga mengungkapkan bahwa energi terbarukan juga telah menjadi sumber energi paling murah. Mengutip International Renewable Energy Agency (IRENA), Ahmad mengatakan biaya untuk pembangunan tenaga surya telah jatuh sampai 82 persen selama 10 tahun terakhir.
Selain itu, energi terbarukan juga telah menjadi pilihan yang lebih disukai oleh para investor sebagai pembangkit listrik baru.
Respons Indonesia
Pemerintah Indonesia tampak positif menanggapi transisi energi tersebut. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menuturkan bahwa pemerintah tengah melakukan penyusunan rencana jangka panjang terhadap pemanfaatan sumber daya energi baru dan terbarukan itu. Hal ini disampaikan Arifin saat konferensi pers setelah Sidang Paripurna Dewan Energi Nasional di Istana Negara, Jakarta (20/4).
“Saat ini, pemanfaatan energi terbarukan kita baru mencapai 10,5 gigawatt, dan diharapkan akan meningkat di tahun 2025, sesuai dengan target pencapaian 23 persen, menjadi 24 ribu megawatt, dan di tahun 2035 kita upayakan bisa mencapai 38 ribu megawatt,” tutur Arifin.
Aji Maulana