M. Nur Budiyanto, S.Kom., M.Eng terpilih sebagai anggota WMA UGM periode 2021 – 2026. Kepala Kantor Adminstrasi Sekolah Vokasi UGM ini terpilih sebagai angota MWA unsur tenaga kependidikan setelah berhasil meraup 325 suara melalui mekanisme e-voting aplikasi simaster UGM.
Ia berhasil mengungguli Arif Surachman, S.IP., MBA (Perpustakaan) yang berhasil memperoleh 278 suara dan RJ. Suwandiyanto (TURT) dengan 274 suara. Kandidat lain, Fitria Yuniarti, S.H., M.Kn (Hukum dan Organisasi) 273 suara, Muhammad Amalia Sumbadha (Sekolah Vokasi) 222 suara dan Franky Argus Adiwena, S.T (Fakultas Teknik) dengan 164 suara.
“Saya sebenarnya berharap untuk tidak mendapat amanah yang berat ini. Karena teman-teman calon lain ini adalah orang-orang hebat. Terima kasih untuk para senior yang telah mendorong saya mendaftar, membimbing dan mohon untuk kerja samanya,” ucap Nur Budiyanto, di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM saat menyampaikan pidato kemenangan, Rabu (7/4).
Nur mengakui terlalu banyak pekerjaan rumah yang harus dikawal ke Majelis Wali Amanah. Oleh karena itu, ia berharap kepada semua tendik UGM untuk selalu kompak, bersinergi dan kerja cerdas untuk kepentingan bersama, kebaikan bersama dan kemaslahatan bersama.
Menurutnya, UGM adalah institusi besar dan diibaratkan sebuah kendaraan. Kendaraan yang selalu ada sopirnya, mesin, tempat duduk, roda dan lain-lain.
“Di UGM ini tidak ada yang lebih penting dari yang lain. Semuanya punya tugas dan fungsi masing-masing, agar kendaraan tetap melaju sesuai dengan track yang telah ditentukan,” katanya.
Ia meyakini ide dan gagasan banyak dimiliki para tendik tinggal bagaimana mewadahi ide-ide atau gagasan tersebut dalam sebuah wadah yang nyaman karena tugas utama anggota MWA unsur tendik adalah mengawal ide dan gagasan untuk kebaikan bersama.
Diakuinya masih ada kotak-kotak yang terjadi di UGM. Meski sama-sama bekerja di UGM tetapi masih ditemui ketidakseragaman kesejahteraan dan fasilitas.
“Oleh karena itu, kita nanti berusaha mendorong kebijakan umum dari Universitas Gadjah Mada agar kotak-kotak tersebut semakin hilang,” terangnya.
Nur bercerita dirinya sudah 27 tahun bekerja sebagai tenaga kependidikan. Ia mengawali bekerja di UGM tahun 1994 dan sudah mengalami 4 kali berpindah unit dengan penugasan yang berbeda-beda.
Di saat maju sebagai calon anggota MWA, ia mendaftar menjelang batas waktu penutupan. Ia mengaku tidak mempersiapkan secara khusus dan maju dengan apa adanya.
“Kalaupun kemudian terpilih, membuat saluran aspirasi yang nyaman adalah pekerjaan rumah, dan mengawal karier tendik agar tidak semakin sempit, karier bisa semakin luas dan tidak mustahil berharap suatu ketika muncul direktur-direktur dari tendik,” imbuhnya.
Dr. Drs. Ratminto, M.Pol. ADMIN, Direktur Sumber Daya Manusia UGM, merasa bersyukur dengan selesainya penyelenggaraan salah satu proses demokrasi yaitu pemilihan anggota MWA unsur tenaga kependidikan. Proses pemilihan dinilanya sangat menggembirakan karena jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih lumayan banyak.
“Artinya partisipasi dalam demokrasi lumayan tinggi. Hal lain perolehan suara antar pemenang relatif tidak banyak, artinya kualitas tendik kita merata, bagus semua,” katanya.
Ia menyampaikan demokrasi adalah ide besar yang sudah lama didigulirkan. Meskipun ada banyak kekurangan di sana sini, tetapi diakui atau tidak demokrasi adalah salah satu konsep yang dinilai paling baik saat ini.
Oleh karena itu, banyak negara atau organisasi mengaplikasikan konsep tersebut. Termasuk UGM dalam rangka pemilihan anggota MWA dari unsur tenaga kependidikan.
“MWA adalah bagian dari UGM yang sangat strategis yang berperan memberikan kebijakan arah kedepan, visi misi seperti apa, dan Insyaallah salah satu unsur dari tenaga kependidikan bisa berkontribusi nantinya,” ungkapnya.
Penulis : Agung Nugroho