Fakultas Teknik UGM bekerjasama dengan PT PLN Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo berhasil melakukan ujicoba pembangkit listrik tenaga kincir air di selokan Mataram, daerah dusun Kadipiro, Kecamatan Sayegan, Sleman, Sabtu (26/1).
Dekan Fakultas Teknik UGM Prof Dr Ir Indarto dalam sambutannya menyambut baik terlaksananya ujicoba kincir air ini dalam rangka persiapan penggunaan kincir air sebagai pembangit energi listrik di daerah terpencil.
“Direncanakan kincir air ini akan ditempatkan di daerah pulau terpencil di Sulawesi utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo,” kata Indarto.
Dijelaskan oleh Indarto, program ujicoba kincir air ini sebagai upaya membantu program pemerintah untuk memanfaatkan sumber energi listrik yang menggunakan energi terbarukan.
“Ketersediaan air yang melimpah ini bisa kita manfaatkan melalui teknologi kincir air, yang artinya kita ikut serta membantu program pemerintah. Sebagaimana anjuran pemerintah yang telah menggalakkan pemanfaatkan sumber enegri listrik selain BBM,” tegasnya.
Indarto menambahkan bahwa ujicoba kincir air ini juga sebagai wujud kontribusi UGM melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat.
Ditambahkan Indarto, kincir air yang diujicobakan ini merupakan model Kincir air hasil temuan Ir Ismun Uti Adan dari lulusan jurusan teknik mesin UGM yang telah dipaten sejak tahun 1999.
Menurut Ismun Uti Adan, kincir air buatannya berbeda dengan kincir air pada umumnya yang ada di dunia, karena tidak usah repot membendung sungai, kincir ini bisa langsung digunakan dengan hanya meletakkan kincir di atas ponton (pelampung).
“Seluruh dunia selama ini mengakui jika kincir air tidak bisa dijadikan pembangkit listrik jika ditempatkan di air sungai alami, karena arusnya terlalu pelan. Tapi dengan temuan saya ini, kincir air bisa digunakan di arus sungai alami dan bisa dipindah-pindahkan, serta menyesuaikan tinggi dan rendahnya air sungai sehingga ketika musim banjir pun masih tetap bisa beroperasi,” tegasnya.
Sedangkan untuk besarnya energi listrik yang dihasilkan oleh kincir, bergantung dengan besar dan kecilnya ukuran kincir. Dijelaskan alumni jurusan teknik mesin tahun 1980 ini, cukup dengan kecepatan air sungai 2 m/detik dengan lebar 5 meter saja sudah bisa menghasilkan energi listrik 5 kilo watt.
“Melalui air sungai dengan arusnya cukup kecil, pun memang sangat bergatung pada kecepatan air dan debit air. Air mengalir 2 meter per detik dan lebar 5 meter dan kedalaman 2 meter bisa menghasilkan 5 kilowatt,” katanya.
Selain itu, tambah Ismun, kincir ini dalam aplikasinya tidak usah membendung air sungai untuk menggerakkan kincir.
“Kalo pembangkit listrik selama ini hanya bisa digerakkan jika sudah membendung sungai. Di Amerika saja, membendung sungai sudah dilarang karena bisa merusak ekosistem. Sehingga dianjurkan oleh dunia sekarang ini, bagaimana supaya membuat listrik tanpa merusak ekosistem kehidupan biota laut dan darat,” tegasnya.
Ide pembutan kincir ini, kata Ismun bermula ketika dirinya masih duduk di sekolah dasar di pedalaman kalimantan. Saat itu dirinya masih suka bermain bamboo yang dibuat mirip kincir yang diikat dengan seutas benang, kemudian dihanyutkan ke arus sungai mengalir.
“Tahun 1949, saat saya masih SD, jaman dulu tidak ada mainan maka pada saat itu saya buat mainan sendiri. Saya minta selongsong benang dengan mamak (ibu), lalu saya ikatkan dengan serutan bambu agar bisa berputar di air, saat ditarik dengan benang,” katanya.
Setelah menjadi sarjana teknik mesin, barulah idenya membuat kincir air bisa tercapai. Dimulai pada tahun 1984 dirinya mencoba membuat kincir dengan ukuran yang lebih kecil dengan menggunakan diameter satu meter. Diceritakan oleh Ismun, energi listrik yang dihasilkan oleh kincir buatan pertamanya masih relatif kecil, meski kincir berhasil berputar namun Ismun belum berani dipublikasikan.
Barulah pada tahun 1996 dirinya membuat kincir dengan ukuran yang lebih besar, berdiameter 5 meter, lebar 4 meter dengan harapan bisa menghasilkan energi listrik yang lebih besar. Dengan dibantu oleh Bupati Ketapang, ujicoba pun dilaksanakan di sebuah sungai di Kalimantan. Sayang, ujicoba keduanya tidak berhasil, bahkan kincirpun tidak bisa berputar sama sekali, apalagi mampu menghasilkan energi listrik.
“Ujicoba kedua saya tidak berhasil, padahal kincir ini diresmikan oleh Gubernur. Setelah tidak bisa berputar, barulah saya tahu bahwa semakin besar kincir maka membutuhkan tenaga yang cukup besar. Bayangkan porosnya berhenti, generator saja tidak menyala sama sekali, menangis saya waktu itu, untung Bupati Ketapang tidak melihat langsung, sampai meninggal Bupati tidak mengerti kincir yang dibiayainya itu gagal. Dia tidak tahu, Sungguh,” kata Ismun sedikit terharu.
Setelah dua tahun peristiwa itu, kata Ismun, dirinya selalu berdoa dan berusaha keras agar ide pembuatan kincirnya bisa berhasil dan tidak gagal lagi. Berkat kegigihannya, suatu saat Ismun berhasil memperoleh ide briliannya untuk membuat kincir air setelah melihat jendela kaca di rumahnya.
“Saya baru melihat kaca jendela di rumah saya, saat itu saya perhatikan jendela bisa bergoyang ketika diterpa angin akibat adanya engsel yang dipasangkan, muncul ide saya bagaimana membuatkan kincir dengan sudutnya yang dipasang engsel bisa bergerak, maka kincirpun saya pasang engsel. Ketika kincirnya tenggelam di air, kincirnya akan memukul air ke atas, maka airnya akan mengalir melalui celah,” katanya.
Bukan hanya sungai, jelas Ismun yang bisa digunakan untuk menggerakan kincir buatannya. Arus laut pun juga bisa digunakan untuk menggerakan ‘kincir ismun’.
“Sebenarnya listrik itu bisa gratis, selama air mengalir, selama angin bertiup, dan arus air masih berjalan,“ tandasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)