Wahyuntoro, pengelola unit sepeda hijau di Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, mengatakan saat ini setidaknya masih terdapat sekitar 128 sepeda hijau yang tersebar di 32 unit, seperti Rektorat, SKK, pusat-pusat studi, asrama mahasiswa, dan fakultas-fakultas. Dari 128 buah sepeda hijau ini, 100 sepeda di antaranya merupakan sepeda baru hibah dari PT Wismilak Inti Makmur. Dari sejumlah itu, ada beberapa sepeda yang masih dalam kondisi rusak dan perlu diperbaiki. “Minat penggunaan sepeda hijau di kampus masih cukup bagus, dilihat dari antusias mahasiswa meminjamnya,” ujar Wahyu di Pustral UGM, Selasa (29/6).
Tidak sulit memang untuk meminjam sepeda hijau ini. Cukup dengan meninggalkan kartu mahasiswa, mahasiswa sudah bisa memakainya di lingkungan kampus. Kalau pun akan menggunakannya untuk kegiatan tertentu di luar kampus, hanya perlu dengan izin khusus saja. “Selama ini gratis kok, meski hanya dipakai di lingkungan kampus. Tinggal pakai izin khusus kalau mau dipakai untuk acara tertentu di luar,” terangnya.
Sejauh ini, untuk mengelola ratusan sepeda hijau kampus tidak banyak kendala yang dijumpai. Hanya persoalan jumlah dan kondisi sepeda yang selama ini menjadi perhatian. Selain sepeda yang rusak, masih saja terjadi kasus kehilangan sepeda di beberapa unit penempatan. “Tidak saja masih ada sepeda yang rusak, tapi juga kasus kehilangan sempat terjadi,” katanya.
Menurut Wahyu, untuk kasus sepeda hijau yang hilang, berdasarkan peraturan seharusnya menjadi tanggung jawab sepenuhnya si peminjam untuk mengganti. Sementara itu, untuk biaya servis atau perawatan sepeda antarunit penempatan dapat saja berbeda-beda, misalnya dari pemberian donatur.
Keberadaan sepeda hijau di kampus UGM sudah sejak 3 Juni 2005 silam. Gerakan sepeda di kampus pada awalnya sebagai usaha penyadaran kolektif untuk hidup sehat dan cinta terhadap lingkungan.
Sambutan mahasiswa atas penggunaan sepeda hijau di lingkungan kampus UGM cukup bagus, sebagaimana penuturan Nur Kholidah Ulfiani, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2007. Nur, mahasiswi asal Tegal ini mendukung langkah gerakan bersepeda di dalam kampus, termasuk pengaturan penggunaan masuk-keluar kendaraan bermotor dan mobil dengan Kartu Identitas Kendaraan (KIK). Dengan menggunakan sepeda, Nur mengaku lebih leluasa dan tidak repot untuk masuk-keluar lingkungan kampus UGM. Nur mengatakan lebih suka menggunakan sepeda atau berjalan kaki dibandingkan menggunakan motor, baik ketika berangkat kuliah maupun menuju ke unit lain. “Setiap hari saya ke kampus dengan sepeda. Pakai sepeda gak repot. Kalau pakai motor, harus muter-muter jalurnya,” kata Nur. “Lebih nyaman naik sepeda. Kalau pagi, naik sepeda di UGM makin bertambah segar juga,” sambungnya.
Senada dengan itu, Suwartala, staf Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga (TURT), menuturkan pekerjaannya selama ini juga cukup terbantu dengan adanya sepeda hijau di dalam kampus. Selain transportasi yang ramah lingkungan, dengan bersepeda ia dapat leluasa menuju lokasi pekerjaan. Suwartala berharap ke depan pengelolaan sepeda hijau dapat lebih bagus dan tertata, termasuk kemungkinan untuk menambah armada sepeda. “Misalnya, saya pergi ke Kopma bisa lebih leluasa, cepat, dan nyaman. Selain itu, kayaknya juga ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan asap,” katanya.
Jika melihat banyak hal positif yang didapat dengan adanya sepeda hijau, sayang memang jika pengelolaannya tidak maksimal. Meski terlihat sepele, kasus sepeda hijau yang rusak, bahkan hilang, patut menjadi perhatian. Belum lagi persoalan kepedulian semua pihak dalam masalah anggaran.
Di samping itu, untuk membumikan gerakan sepeda hijau di kampus UGM, perlu diperbanyak event-event tertentu yang mendorong gerakan bersepeda, termasuk juga pelatihan montir sepeda dan pengembangan kelembagaan melalui jaringan sepeda hijau kampus Yogyakarta. Terlebih lagi, saat ini gairah bersepeda di Kota Yogyakarta mulai dibangkitkan lagi dengan deklarasi Jogja Bersepeda pada 1 September 2006 silam. Gerakan sepeda hijau juga merupakan salah satu bentuk dukungan nyata UGM dalam program Langit Biru, yang dicanangkan Pemerintah Provinsi DIY menuju provinsi ramah lingkungan. (Humas UGM/Satria)