Lain lagi dengan Lutfi (17 tahun), siswa kelas II SMA Negeri 3 Cibinong. Menurutnya, selain gedung-gedungnya yang luas, kampus UGM berhawa segar dan bersuasana nyaman untuk tempat berjalan-jalan. Lutfi juga menilai UGM merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang cukup populer dan unggul dalam berbagai program studinya. “Kalau suasananya di UGM segar, Pak. Selain itu, kita juga ingin tahu banyak terkait program-program studi unggulan di sini. Siapa tahu bisa masuk,” ujar Lutfi ketika ditemui di sela-sela kunjungan di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Kamis (24/6/2010).
Ya, memang UGM sudah lama menjadi salah satu tujuan wisata pendidikan di Yogyakarta. Setiap kali berlibur di Yogyakarta, wisatawan, khususnya para siswa SMA yang nantinya akan melanjutkan studi di bangku perguruan tinggi, tidak sedikit yang memilih UGM sebagai salah satu tujuan wisatanya. “UGM sudah lama jadi tujuan wisata pendidikan. Kita ingin lebih banyak mensosialisasikan adanya atmosfer pembelajaran di kampus,” kata Kepala Bidang Humas dan Keprotokolan UGM, Drs. Suryo Baskoro, M.S.

Berwisata pendidikan di UGM ternyata cukup menjadi daya tarik bagi guru dan siswa SMA, apalagi selama ini sudah ada alumni mereka yang berhasil kuliah di kampus ini. Hal itu tergambar dari penuturan Sunaryo, guru Bimbingan Konseling SMA Negeri Srengat, ketika mendampingi siswanya berkunjung ke UGM. “Tahun ini, siswa kita yang mendaftar ada 32 orang dan diterima 4 anak. Tahun lalu, ada 18 pendaftar dan masuk 8 orang lewat Ujian Masuk (UM) UGM,” terangnya. Ketika berkunjung di UGM, mereka juga dapat langsung memperoleh berbagai informasi terbaru mengenai Ujian Masuk (UM) UGM, biaya studi, hingga fakultas atau program studi favorit.
Senada dengan itu, Ayu Haryati, Kepala SMA Negeri 3 Cibinong, mengaku meskipun sekolahnya baru berdiri pada 2006 silam, ada keinginan dari para siswa untuk dapat melanjutkan studi ke UGM, yang selama ini prestasinya dikenal cukup maju. “Baru empat tahun berdiri, tapi ada keinginan siswa kita melanjutkan studi ke UGM. Makanya, kita ajak siswa kita berkunjung di UGM,” kata Ayu.
Melihat prospek wisata pendidikan UGM yang terus diminati, peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Prof. Dr. Janianton Damanik, berharap agar ke depan kegiatan itu dapat dikemas lebih bagus lagi dan masuk pada substansi. “Jangan hanya sekadar masuk dan datang, tapi bisa berkunjung dan memperoleh informasi, misalnya di pusat-pusat studi atau Museum Paleoantropologi, Fakultas Kedokteran, yang saya rasa itu satu-satunya di Indonesia,” jelasnya.
Ditambahkan Janianton, selain berkunjung ke museum atau pusat studi, para siswa juga dapat diarahkan ke Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri saat berlangsung pertunjukan kesenian, atau dapat juga ke Lembah Fitness ketika berlangsung pertandingan olahraga. Dengan demikian, jika ada pengembangan wisata pendidikan yang lebih fokus pada substansi, ke depan akan menjadi destinasi wisata pendidikan di Indonesia. “Harus dikemas lebih bagus lagi meski saat ini kita, misalnya, belum berpikir soal profit,” tuturnya. (Humas UGM/Satria)