Tri Kuntoro menjelaskan derasnya arus budaya asing yang masuk telah mengakibatkan perilaku dan nilai-nilai dalam kehidupan dan pergaulan masyarakat tidak lagi berpegang pada nilai-nilai dan akar budaya Indonesia. Parahnya, masyarakat sekarang terkadang lebih mengutamakan untuk mengikuti arus budaya global daripada budaya nenek moyang sendiri. "Seakan-akan nilai budaya bangsa dari nenek moyang tergerus dan kita mengikuti arus saja," imbuhnya.
Berawal dari keprihatinan ini, UGM sebagai universitas perjuangan ingin berperan aktif menjadi pilar pejaga budaya, sebuah universitas yang menjadi lingkungan untuk tetap tumbuh suburnya budaya bangsa Indonesia yang bermartabat. Sebagai bentuk nyata kepedulian ini, PKKH menggelar sarasehan bertema "Kebudayaan, Nasionalisme, dan Pancasila dalam Tembang, Gending, dan Geguritan" akan digelar pada Jumat Pahing, 18 Juni 2010.
Sementara itu, Kepala Stasiun RRI Yogyakarta, Nuryudi, dalam kesempatan itu menambahkan pihaknya mendukung penuh langkah PKKH. Apalagi, belum lama ini telah ada MoU antara UGM dengan RRI yang diwujudkan dalam penandatanganan kerja sama antara Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., dan Direktur Utama LPP RRI, Parni Hardi. "MOU sudah disepakati dan tinggal mewujudkannya dalam sebuah kegiatan seperti sarasehan ini," kata Nuryudi.
Ke depan, sarasehan semacam ini diharapkan dapat rutin digelar. Nuryudi mengatakan event tersebut tidak menutup kemungkinan disiarkan secara langsung melalui RRI, misalnya dibarengkan dengan final Bintang Radio tanggal 24 Juli mendatang. (Humas UGM/Satria)